45 - Sang Penolong

8 0 0
                                    

Perasaan berbunga-bunga seketika menyesaki dadanya tanpa bisa dielak. Padahal dia sudah berusaha mengasingkan rasa itu.

---

Kania menyesalkan kenapa bahan-bahan kue pesanan Mama harus kosong di minimarket dekat rumah, begitu pun di beberapa toko kelontong yang disinggahinya. Terpaksa dia mencari lebih jauh.

Hari ini Mama kekurangan karyawan. Sejak kemarin dua karyawannya tidak masuk karena sakit, dan hari ini Elmi juga mendadak tidak bisa masuk karena ibunya sedang kritis di rumah sakit. Pas banget mereka lagi kehabisan beberapa bahan penting. Kania tahu itu penting karena tidak biasanya Mama sampai minta tolong begini.

Setelah berkendara sejauh lima kilometer, akhirnya Kania menemukan supermarket yang menyediakan semua bahan yang dicarinya. Dia bernapas lega setelah bahan-bahan itu terkumpul dalam keranjangnya. Dia lekas beranjak ke kasir.

Sambil antre, Kania iseng-iseng buka YouTube. Dia langsung mencari channel Nolan. Senyumnya mengembang mendapati video cover yang kemarin ditunjukkan cowok itu sudah dipublik. View-nya gila-gilaan. Lagi-lagi dia merasa istimewa karena dipercaya sebagai penonton pertama, sesuatu yang tidak akan didapatkan oleh berapa pun banyaknya orang yang sudah menonton video itu. Untuk pertama kalinya Kania menekan tombol like di video Nolan. Bahkan, dia kepikiran untuk membubuhkan komentar. Namun, sederet kata yang sudah diketiknya dihapus kembali. Rasanya berlebihan. Dia belum siap terang-terangan memancarkan sinyal rasa sukanya terhadap cowok itu di ruang publik.

Setelah menyelesaikan urusannya di supermarket itu, Kania bergegas pulang. Dia tidak ingin membuat Mama khawatir. Sialnya, di pertengahan jalan tiba-tiba motornya tidak mau jalan. Mesinnya tetap menyala seperti biasa, tapi kalau digas tidak bergerak sama sekali. Kania buta soal mesin, dia benar-benar tidak tahu masalah motornya ini. Akhirnya dia mendorongnya ke emperan toko sambil berpikir apa yang akan dilakukannya.

Kania celingak-celinguk. Seingatnya di sekitar sini tidak ada bengkel. Melihat keadaan di agak lengang, dia malah berpikiran yang tidak-tidak. Otaknya dipenuhi berita kriminal di jalanan yang marak akhir-akhir ini. Dia lekas mengeluarkan ponsel, meski belum tahu harus menghubungi siapa. Sebaiknya jangan gegabah mengabari Mama, dia gampang panik soalnya. Sambil berusaha tetap tenang, Kania menghubungi Melda. Namun, ternyata sahabatnya itu sedang ada acara keluarga di Bekasi.

"Duh, sori banget, ya." Di seberang sana, Melda terdengar sangat menyesal. "Bisa-bisa nama gue dicoret dari kartu keluarga kalau kabur dari acara ini."

"Nggak apa-apa, Mel. Gue bisa, kok, cari jalan keluar sendiri."

"Eh, kenapa lo nggak telpon Nolan aja?"

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Nolan dan misteri di balik kacamata hitamnya, silakan baca selengkapnya di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Mr. BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang