14 - Mendadak Nguntit

10 2 0
                                    

Kasmaran terkadang membuat seseorang bertindak di luar kebiasaan, bahkan cenderung aneh.

---

Sebenarnya Nolan bukan pencinta kopi. Keberadaannya di kedai kopi ini hanya untuk menghargai undangan Tama. Kedai bernuansa retro yang terletak di lantai dasar salah satu pusat perbelanjaan ini milik kakak Tama, baru buka tiga hari yang lalu. Nolan paham tujuan utama Tama bersikeras mengajaknya nongkrong di sini sepulang sekolah. Apalagi kalau ujung-ujungnya bukan untuk ajang promosi. Nantinya pasti akan ada sesi foto-foto, dan anak itu akan memelas supaya Nolan memostingnya di Instagram. Tentu saja tujuannya agar kedai ini lebih cepat dikenal. Tidak masalah. Nolan tidak akan merasa dimanfaatkan. Tanpa diminta pun, selama batasannya wajar, ia akan membantu dengan sendirinya.

"Gimana, enak, kan?" tanya Tama setelah Nolan dan Arlan mencicipi segelas kopi yang baru saja diantarkan langsung oleh kakaknya.

Kakak Tama selesai kuliah tahun ini, dan langsung memilih untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkannya dengan membuka usaha sendiri. Diam-diam Nolan kagum dengan cowok berkumis tipis itu. Ia sudah merencanakan hidupnya dengan baik. Setiap langkahnya sudah jelas akan mengarah ke mana. Suatu hari nanti, Nolan pun akan punya rancangan hidup sendiri. Tapi nanti, setelah ia bisa berdamai dengan kenyataan dan punya ruang tersendiri untuk menyambut orang-orang baru yang akan masuk ke hidupnya.

"Enak," jawab Nolan, kemudian kembali menyeruput kopinya. Sementara Arlan hanya mengangguk.

"Kakak lo belajar resepnya dari mana?" tanya Nolan sambil mengembalikan cangkirnya ke atas tatakan.

"Wah, kalau soal itu gue kurang tahu. Tapi dari dulu ia emang pencinta kopi garis keras. Konsep kedai ini sudah lama ada dalam kepalanya. Ia sering cerita. Karena itu, setelah lulus ia langsung izin ke Papa untuk merealisasikannya."

"Keren, ya. Masih muda tapi udah berani buka usaha," puji Nolan tulus.

"Lo lebih keren, modal foto doang saldo nambah terus," timpal Arlan disertai kekehan.

Nolan langsung menoyor pundaknya. Saat itulah tatapan Nolan tidak sengaja menangkap dua cewek yang tampak familiar. Mereka baru tiba di lobi, sedang berjalan santai menuju eskalator sambil mengobrol seru.

Kania bukan, sih?

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Nolan dan misteri di balik kacamata hitamnya, silakan baca selengkapnya di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Mr. BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang