Seiring perkembangan zaman, definisi keren bagi kebanyakan orang memang semakin paten terhadap mereka yang beruntung terlahir dengan wajah rupawan serta bentuk tubuh yang proporsional.
---
Cowok berkacamata hitam itu baru saja turun dari mobilnya. Meski tahu bel masuk sebentar lagi, ia malah dengan santainya bersandar di badan sedan hitam mengilap itu. "Kenapa tahun ajaran baru tiba begitu cepat, sih?" lirihnya hampir tak terdengar, disusul helaan napas panjang tak bergairah.
Setelah dua menit menimbang untuk masuk atau bolos saja, dengan berat hati akhirnya cowok jangkung berwajah tirus itu meninggalkan area parkir untuk bergabung dengan arus siswa-siswi SMA Galaxy lainnya, yang terbirit-birit demi segera tiba di kelas. Ketahuan, mereka itu kaum malas mengerjakan PR, terbiasa menyalin punya teman sebelum pelajaran dimulai, tapi malas bangun pagi. Sungguh komponen yang sempurna untuk jadi cikal bakal sampah masyarakat.
Tapi cowok berkacamata hitam tadi tidak seperti itu. Otaknya tidak pernah bermasalah dengan jenis pelajaran apa pun. Hanya saja ia keseringan terjangkit virus mager akut. Namanya Pranolan Aditya, biasa dipanggil Nolan, atau Olan. Khusus nama panggilan kedua, kita tidak akan membahasnya sekarang. Nanti kamu akan tahu dengan sendirinya.
Jika matahari adalah pusat tata surya, maka Nolan adalah pusat SMA Galaxy. Seluruh perhatian seolah terpusat padanya. Lihat saja, cewek-cewek yang tadinya terbirit-birit, tiba-tiba memelankan ayunan kaki, berjalan anggun ala-ala Putri Indonesia sambil memperbaiki tatanan rambut mereka begitu menyadari kehadiran sang bintang sekolah di tengah mereka. Padahal Nolan bukan anak klub olimpiade dengan IQ sekelas Albert Einstein yang bisa dijadikan taring untuk ditunjukkan ke sekolah-sekolah lain. Bukan pula anak klub olahraga yang sering mengharumkan nama baik sekolah di berbagai turnamen. Sepintas, ia memang bukan siapa-siapa. Tapi tunggu dulu, channel YouTube-nya punya tiga juta subscriber, dan followers Instagramnya hampir dua juta. Seiring perkembangan zaman, definisi keren bagi kebanyakan orang memang semakin paten terhadap mereka yang beruntung terlahir dengan wajah rupawan serta bentuk tubuh yang proporsional. Tipe orang seperti ini sangat mudah meraih popularitas di dunia maya, yang mulai dianggap sama pentingnya dengan dunia nyata. Terlebih jika dimbangi dengan bakat tertentu.
Tapi untuk kasus Nolan, ia tidak pernah bermaksud meraih popularitas di dunia maya. Kebetulan ia jago main gitar dan suka cover lagu. Ia hanya menggunakan sosial media sebagai ruang berekspresi seperti halnya remaja kebanyakan. Tahu-tahu orang-orang suka postingannya dan makin ke sini sering mendatangkan hal-hal mencengangkan. Setahun belakangan, Nolan mulai serius memanfaatkan euforia itu, termasuk memaksimalkan tawaran endorse yang berdatangan.
Getaran ponsel di saku celana yang lumayan mengganggu sedari tadi akhirnya menghentikan langkah Nolan. Ia mengeluarkan benda pipih berwarna hitam itu untuk mengecek sebentar. Cowok beralis tebal itu lantas memutar bola mata malas mendapati jejalan notifikasi dari berbagai sosial media. Isinya sama, ucapan selamat ulang tahun yang bahkan sudah lewat seminggu. Masih ada saja yang memberinya ucapan selamat. Mereka memang lupa, baru sempat, atau apa, sih? Nolan berdecak sambil menggeleng tidak habis pikir. Tapi sedetik kemudian cowok penggila warna hitam garis keras itu tersadar, tanpa mereka yang sebenarnya lumayan mengganggu itu, ia bukan siapa-siapa. Maksudnya, ia bisa menghasilkan uang sendiri berkat kegilaan mereka. Tapi yang Nolan garis bawahi di sini bukan nominal rupiahnya, hanya saja dengan begitu ia bisa meminimalisir interaksinya dengan Papa. Ya, ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa campur tangan Papa.
Sebelum pikiran tentang Papa kian mengacaukan mood-nya, Nolan lekas membuka Instagram dan masuk ke menu story. Ia mengangkat ponselnya dua jengkal di depan wajah untuk mengambil video singkat. Menyapa penggemar sepagi ini tidak ada salahnya, kan? Siapa tahu setelahnya mood-nya membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Black
Teen FictionMeskipun gantengnya selangit, Kania tetap tidak menyukai Nolan. Baginya, cowok itu aneh karena selalu pakai kacamata hitam. Karena itu dia menjulukinya Mr. Black. Namun, sebuah insiden kecil malah mengharuskan Kania jadi asisten pribadi cowok itu. P...