57 - Rasa Sayang Kita Sama?

6 0 0
                                    

Tidak baik hidup dengan memendam perasaan.

---

Saat melintasi taman depan perpustakaan, langkah Kania memelan. Dia meringis samar sambil merutuki diri dalam hati. Bisa-bisanya dia masih mengingat cowok yang seharusnya sudah dia hapus dari memori otaknya. Bahkan, dia tidak bisa mencegah tangannya sendiri untuk mengeluarkan ponsel dan mengecek Instagram cowok itu. Apa lagi yang sebenarnya dia harapkan sekarang? Kurang jelas apa lagi kata-kata cowok itu kemarin?

Kania memaksakan kakinya melangkah lebih cepat, sambil buru-buru mengantongi kembali ponselnya. Dia benci perasaan kehilangan semacam ini. Kehilangan tanpa pernah benar-benar memiliki.

Setibanya di kelas, Kania langsung duduk dan menghela napas panjang berkali-kali. Dia berusaha menepis aura negatif yang membuatnya kurang bersemangat. Tiba-tiba Kania teringat dengan kebiasaan lama yang tanpa sengaja dia tinggalkan belakangan ini. Lebih tepatnya saat hidupnya harus bersinggungan dengan Nolan. Dia tidak pernah lagi membaca zodiak karena merasa hidupnya tidak akan baik-baik saja sejak cowok itu menjajahnya. Tidak perlu pakai diramal segala. Namun, kali ini dia tergerak untuk mengunjungi situs horoscop langganannya.

Libra

Beberapa hal tidak berjalan sesuai rencana. Namun, jangan terburu-buru menarik kesimpulan, karena kebenaran kadang memang tidak terlihat hanya dari satu sisi.

"Mumet, ah!" gumam Kania kepada diri sendiri sambil memasukkan ponselnya ke laci.

Alih-alih berusaha menelaah maksud kalimat itu, Kania lebih memilih menyiapkan buku-buku untuk pelajaran pertama. Saat menarik buku paket Biologi, selembar kertas keramat ikut tertarik. Lembar Kesepakatan dengan Mr. Black. Netra Kania melebar. Dengan penuh emosi dia langsung mencabik-cabik kertas itu secara brutal. Setelahnya, diremukkan jadi satu gumpalan. Kemudian dia beranjak ke depan kelas untuk membuangnya ke tempat sampah. Dia tidak ingin ada apa pun yang tersisa dari hubungan kerjasamanya sama Nolan. Terlalu memuakkan.

"Kaniaaa!!!" Teriakan Melda terdengar tepat saat Kania berbalik hendak kembali ke dalam.

"Bel masuk sepuluh menit lagi, kok. Lo kenapa lari-larian segala?" Kania heran melihat tampang Melda. Dia sudah sering hampir terlambat, harusnya tidak perlu sepanik ini lagi.

"Liam ditusuk!" Melda berucap sambil berusaha mengontrol pola napasnya.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Nolan dan misteri di balik kacamata hitamnya, silakan baca selengkapnya di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Mr. BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang