25 - Gathering

4 0 0
                                    

Cinta tak butuh alasan bukan berarti buta dan menyesatkan

---

Liam berusaha keras berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas sekolahnya yang akan dikumpulkan besok. Selepas asar nanti ada gathering dengan anak-anak MIPELO (Milenial Pets Lover). Mungkin dia akan pulang malam, jadi tugasnya lebih baik dikerjakan sekarang. Tapi, sedari tadi dia bolak-balik mengintip Kania dari celah pintu kamarnya. Dia teramat penasaran apa-apa yang dilakukannya bersama Nolan di luar sana.

Pertemuannya dengan Kania tiga tahun yang lalu tidak sempat menimbulkan hubungan spesial, tapi Liam justru menyimpan banyak kenangan manis dari pertemanan yang terbilang singkat itu. Bukan tanpa sebab tiba-tiba saja cewek itu jadi penyemangatnya di tempat bimbel. Tapi Liam yang masih SMP kala itu belum berani menerjemahkannya secara gamblang. Berkat Kania, Liam bisa melupakan kekecewaannya karena tidak bisa masuk ke Galaxy sesuai impiannya selama ini. Pertemuannya dengan Kania seolah bisikan dari Tuhan, kebahagiaan tidak hanya ada di satu tempat.

Liam kembali mengenyakkan diri di depan meja belajar sambil menghela napas panjang. Dia baru saja mengintip Kania untuk kesekian kalinya. Andai saja hubungannya dengan Nolan baik-baik saja, dia bisa ke sana untuk membantu, atau sekadar melihat-lihat. Tapi, dia tidak ingin memancing amarah Nolan, terlebih di depan Kania.

Ada satu hal yang berputar-putar di benak Liam sedari tadi. Selama ini Nolan tidak pernah membawa teman ceweknya ke rumah, untuk alasan apa pun. Karena itu, kemunculan Kania untuk membantunya mengurus produk endors, rasanya cukup janggal.

Apa karena hal lain?

Liam menarik laci. Di sana, pulpen bertinta biru pemberian Kania masih tersimpan dengan baik, diwadahi kotak mika transparan. Dulu, ada-ada saja kesialan yang menghampiri Liam, salah satunya pulpen tiba-tiba macet dan dia tidak bawa cadangan. Untungnya, dia duduk berdampingan dengan cewek sebaik Kania, yang punya pulpen cadangan dan mau meminjamkannya. Saat Liam mengembalikannya di akhir kelas, katanya tidak usah, disimpan saja. Liam tidak pernah bermaksud memosisikan pulpen itu sebagai benda spesial, tapi entah sejak kapan dia menjaganya teramat hati-hati.

Keberadaan Kania di rumah ini entah kenapa harus menciptakan atmosfer gelisah setebal ini. Liam masih memandang pulpen itu, senyumnya tersungging tipis. Hari-harinya bersama Kania kembali menyeruak, pertemanan sepasang remaja SMP yang siapa sangka akan mengukir jejak sedalam ini. Jika itu terjadi sekarang, Liam bisa dengan tegas memahami perasannya.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Nolan dan misteri di balik kacamata hitamnya, silakan baca selengkapnya di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Mr. BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang