60 - Gue Emang Bangsat!

5 1 0
                                    

Lidah bisa melukai seseorang lebih sadis dari sebilah pedang.

---

Melda yang baru tiba di kelas terbirit-birit. Seheboh itu dia menarik kursi dan duduk merapat banget ke Kania.

"Lo kenapa lagi?" Fokus Kania yang sedang mengulang materi Matematika kemarin ambyar seketika.

"Lo pasti belum tahu." Melda jeda untuk mengatur napas. "Nolan udah masuk sekolah lagi!" jeritnya tertahan.

"Terus?" Kedua alis Kania terangkat.

"Kan, bagus, bisa lihat yang bening-bening lagi. Sekolah ini terasa angker nggak ada dia."

Kania memutar bola mata malas. Dia ingin lanjut membaca, tapi Melda malah menggaet lengannya.

"Eh, Nolan udah nggak pakai kacamata, loh. Tadi dia jalan di koridor kayak pangeran yang baru turun dari surga. Sorot matanya nagih banget." Melda senyum-senyum sendiri membayangkannya.

Karena Melda ngomong begitu, Kania jadi ingat sesuatu. Dia lekas mengambilnya di tas.

Melda mengernyit saat Kania meletakkan kotak hitam di depannya. "Apaan, nih?"

"Kacamata baru buat Nolan."

"Loh, bukannya lo udah jadi babunya? Harusnya nggak perlu ganti lagi, dong." Melda jelas keberatan dan bingung di saat bersamaan.

Kania menggeleng tegas. "Setelah dipikir-pikir, salah banget gue nurutin tawarannya kemarin. Gue nggak sudi jadi babunya!" Meski nadanya masih normal, kentara banget kalimat Kania mengandung amarah.

"Bukan gitu maksudnya." Melda berdecak. Entah bagaimana harus mengatakannya. "Serius, deh, menurut gue ini nggak perlu lagi."

Kania tidak menggubris omongan Melda. Dia malah beralih topik. "Eh, coba cek, deh. Ori, kan? Gue beli online, di tempat yang lo tunjukin waktu itu."

Melda sama sekali tidak berminat menyentuh kacamata itu. "Kan, ada yang lo sembunyiin, ya, dari gue?" Dia memicing curiga.

Kania menggeleng cepat. "Nggak ada!"

"Nolan ngapain lo? Kenapa tiba-tiba banget harus kayak gini setelah gue pikir kalian baik-baik aja?"

"Emang kewajiban gue, kan, gantiin kacamatanya yang udah gue rusak?" Kania berusaha memasang mimik meyakinkan. "Dia nggak ngapa-ngapain gue!"

Bahu Melda merosot pertanda menyerah. Namun, secepatnya dia pasti akan mencari tahu apa yang telah terjadi sebenarnya.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Nolan dan misteri di balik kacamata hitamnya, silakan baca selengkapnya di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Mr. BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang