58 - Kenapa Jadi Serumit Ini?

9 1 0
                                    

Puncak dari kerumitan adalah ketika kita tidak mampu membaca suasana hati sendiri.

---

"Jadi, cewek berhijab tadi calon kakak ipar gue?" Nolan menggoda Liam sambil mengupaskannya jeruk.

Nabil yang duduk di tepi ranjang menatap keduanya bergantian, seolah masih bertanya-tanya kenapa mereka tiba-tiba akur begini.

"Apaan, sih?" Liam nyaris tersedak air jeruk yang sedang dikunyahnya. Dia berusaha terlihat santai, meski mungkin saja saat ini wajahnya tiba-tiba memerah.

Melihat ekspresi kakaknya, Nolan terkikik tanpa suara. "Nggak usah sok polos gitu, deh. Gue dengar, kok, yang kalian omongin."

Seketika netra Liam melebar. "Lo nguping?"

Nolan menggeleng. "Nggak! Kalian aja yang ngomongnya nggak dikondisikan."

Nolan bohong. Aslinya, dia memang sengaja menguping di balik tembok.

"Jadi, Mama Papa juga dengar?"

"Sepertinya begitu," jawab Nolan santai, sambil menahan tawa gara-gara ekspresi syok Liam yang berlebihan.

"Aissshhh ...." Liam meringis sambil memalingkan wajah. Rasanya malu banget.

"Emang kenapa kalau Mama Papa tahu? Shela baik, kok, sopan, cantik pula. Mereka pasti nggak keberatan. Gue aja udah nggak sabar pengin jadi iparnya."

Liam tidak merespons. Dia tahu banget kalau saat ini Nolan hanya sedang menggodanya. Gara-gara Nolan dia teringat lagi momen beberapa jam yang lalu, ketika akhirnya Shela selangkah lebih bijak darinya. Liam tidak menyangka tipe cewek seperti Shela akan mengutarakan perasaan lebih dulu. Namun, mengingat semua yang telah mereka lalui sejauh ini, dia juga tidak perlu kaget berlebihan.

Selama ini Liam bukannya tidak peka, atau buta terhadap kabut merah jambu yang mengepung hatinya. Dia hanya sedang menimbang banyak hal agar tidak ada langkah yang keliru. Andai bukan Shela, dia bisa saja langsung bilang cinta di detik pertama perasaan itu berdetak. Soal seberapa cocok mereka kemudian, bisa ditakar sambil jalan. Kalau pada akhirnya ternyata memang tidak cocok, tinggal putus, kan?

Namun, karena orangnya adalah Shela, perkaranya tidak akan semudah itu. Momen pertemuan pertama dengan cewek itu sangat sederhana, seperti awal pertemanan kebanyakan. Jauh dari kesan memorable. Namun karena sikap santun yang dia tunjukkan di semua kesempatan, dalam waktu singkat Shela mampu menempati ruang spesial di hati Liam.

Santun ala Shela bukan berarti selalu berkata dengan nada pelan dan lembut, atau menundukkan pandangan di depan cowok-cowok. Dia gambaran muslimah modern dengan pikiran yang sangat terbuka tanpa mengesampingkan ajaran agamanya. Dia pendengar yang baik, mudah bergaul, dan tidak membeda-bedakan teman. Kesemuanya itulah yang membuatnya lebih dari sekadar cantik di mata Liam. Liam tidak akan tega menyakitinya seinci pun.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Nolan dan misteri di balik kacamata hitamnya, silakan baca selengkapnya di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Mr. BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang