9 - Teror 7 Juta

498 86 1
                                    

Kita memang tidak bisa memilih orang-orang yang akan masuk ke kehidupan kita, tapi kita bebas menentukan sikap.

---

Apel yang Kania bawa karena dipaksa Mama akhirnya benar-benar sangat berguna. Ia menunda lapar dengan buah itu setelah gagal makan di jam istirahat pertama gara-gara ketemu Mr. Black. Bahkan setelah memarkir motornya di garasi, wajah songong cowok itu masih tercetak jelas di benak Kania.

Sambil mengucir rambut, Kania berjalan menuju bangunan yang menempel di sisi kiri rumahnya. Dulunya itu bekas salon, yang kemudian dibeli Mama untuk disulap jadi toko kue.

Sejak masih remaja Sarah memang hobi memasak, khususnya aneka kue. Sudah lama ia bercita-cita punya toko kue sendiri, tapi nyatanya baru bisa terealisasi setelah menikah dan punya anak. Tepatnya lima tahun silam. Perempuan berumur 42 tahun itu bersyukur punya suami seperti Ruslan, yang sangat mendukung hobinya ini.

Aroma Rasa, nama yang Sarah sematkan untuk toko pertamanya ini. Ya, penyuka makanan manis itu masih melanjutkan cita-citanya, punya beberapa toko kue dengan konsep yang berbeda-beda. Tapi sebenarnya berkesempatan punya satu saja ia sudah sangat bersyukur.

Demi kelancaran operasional, Sarah mempekerjakan enam karyawan yang dibagi menjadi dua sif. Dua koki untuk membantunya di dapur, sedang empat orang lainnya bertugas melayani pelanggan di area sales.

Aroma Rasa menjadikan cupcake sebagai menu utama. Tapi mereka juga menerima pesanan kue ulang tahun dan pernikahan, atau aneka kudapan untuk hajatan khusus. Karena harus mengurus toko inilah, Sarah tidak bisa ikut pindah ke Makassar untuk menemani sang suami bertugas. Untungnya Ruslan tidak keberatan.

Di atas pintu kaca yang baru saja didorong Kania terdapat tulisan Welcome to Aroma Rasa, yang dikelilingi lampu warna-warni yang terlihat cantik jika dinyalakan di malam hari. Kania disambut hangat oleh senyuman Elmi dan Yuli, kedua karyawan mamanya yang sedang berjaga.

"Mama ada di dalam?" tanya Kania sambil melangkah lebih dalam. Aroma perpaduan butter dan karamel menjamah indra penciumannya. Kania sangat menyukainya, menenangkan.

"Ada." Elmi yang berdiri di balik etalase menjawab sambil kembali tersenyum.

Kania melanjutkan langkahnya. Bagian dalam Aroma Rasa didominasi warna krem, selaras dengan perabotannya yang sebagian besar bernuansa kayu.

"Eh, anak Mama udah pulang." Sarah bisa langsung melihat Kania. Dapur dan ruang makan tempat Kania duduk sekarang hanya diantarai tembok setinggi pinggang. Sarah langsung melepas celemeknya dan mencuci tangan di wastafel.

Agar lebih praktis, sepulang sekolah Kania memang selalu makan di sini, agar Mama tidak terlalu lama meninggalkan pekerjaannya.

Sarah bergerak lincah menyiapkan makanan untuk Kania. Sesibuk apa pun, menemani putrinya makan adalah hal yang haram ia lewatkan. Kania sangat mengagumi mamanya, benar-benar gambaran perempuan yang ulet dan dinamis.

Beberapa saat kemudian mereka sudah duduk melantai, berhadapan di depan meja bundar berkaki rendah. Meja ini adalah perabot yang paling Kania sukai di toko mamanya. Bentuknya sederhana, namun selalu mampu menciptakan kehangatan antara dirinya dengan Mama.

"Gimana, ketemu jodohnya?"

Kania terbatuk, nyaris tersedak. Ia sama sekali tidak menyangka Mama akan bertanya begitu.

Sarah lekas menyodorkan segelas air putih. "Pertanyaan Mama salah, ya?"

"Nggak ada jodoh, Ma, yang ada musibah," terang Kania setelah meneguk setengah isi gelasnya.

Mr. BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang