JEP 1

3.3K 303 18
                                    















*

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asap membumbung tinggi, ledakan dimana-mana dan kobaran api yang tiada henti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Asap membumbung tinggi, ledakan dimana-mana dan kobaran api yang tiada henti. Satu persatu tubuh manusia itu tumbang, tersayat, terkoyak bahkan putus dengan sangat tidak etik, tapi siapa yang peduli? Pekikan demi pekikan tak lagi terdengar jelas, mereka semua bahkan mungkin hampir terdengar sama, sumbang, seperti sekumpulan lebah yang terbang di atas kepala. Sangat berisik.

Entah sejak kapan peperangan itu di mulai, kota yang sebelumnya terlihat sempurna kini bahkan jauh dari kata indah. Yang terlihat hanyalah daratan merah darah dan bau busuk dari daging manusia yang terbakar dan amis darah yang tak terkira jumlahnya tumpah dimana mana.

Tidak hanya di pusat kota, tapi bahkan hal serupa terjadi di istana besar tanah Korea. Para prajurit saling menyerang satu sama lain, dalam mengenakan seragam serupa, mereka tidak di ketahui bahkan memiliki kubu yang berbeda.

Di jantung istana, dua pria besar saling berhadapan, salah satu dari mereka terduduk di undakan tangga, jelas dia sangat tidak baik-baik saja, ada begitu banyak luka di tubuhnya. Bahkan ada pula tusukan dalam di sisi kiri tulang rusuk nya.

Sedangkan pihak lain menatapnya dengan angkuh, mengacungkan ujung pedang nya pada wajah pria di bawah.

" Ada pesan terakhir? "

" P-Pengkhianat! "

Dengan susah payah pria lemah tersebut menyemburkan kalimat kutukan dari mulutnya, bernafas di sela sela gumpalan darah di mulut dan hidungnya, dia menatap tajam, mencoba untuk tak gentar dengan intimidasi dari pihak musuh.

Pria yang di kutuk tidak menghiraukannya bahkan dia hanya sedikit menyeringai, menarik ujung pedangnya sedikit dan di detik berikutnya, pedang tajam itu dia tombak lurus hingga menusuk bahkan menembus leher targetnya. Pria malang itu sungguh tak berdaya, hanya bisa memelototkan matanya kepada JungKook di detik-detik kematiannya lalu tumbang bersama pedang yang di tarik kembali oleh sang pelaku.

Tidak sampai di situ, dia bahkan kembali maju untuk mengayunkan pedangnya tadi ke leher korban hingga leher itu benar-benar terputus lalu mencengkeram rambut penuh darah itu dengan tangan kiri, membawanya ke balkon, dimana semua orang di bawah sana mampu melihatnya dengan jelas.

ᴊᴇᴏɴ ᴇᴍᴘɪʀᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang