*
" Ugh!!!? "
" Selir Kim-!? "
" Tidak, tidak apa- "
Kim Taehyung dengan cepat menghentikan kepanikan dari para pelayannya tersebut ketika melihat raut tertekan di wajah tuan mereka.
Kulit wajah Kim Taehyung terlihat pucat dan ada keringat halus di wajahnya, raut wajahnya jelas menunjukkan bahwa dia cukup tertekan namun Taehyung enggan untuk mengatakannya.
" Ma? Ma? "
Jeon Ji dengan langkah sedikit sempoyongan memeluk paha Taehyung, dimana posisi mereka saat ini tengah duduk santai seperti piknik kecil di taman depan paviliun nya setelah menikmati pemandangan rintik hujan yang santai. Sejak beberapa hari dimana Taehyung menawarkan diri untuk menjaga Jeon Ji, putri Jeon itu telah ikut menginap di Paviliun Selir Kim- tidak ada yang melarang tapi tidak menutup mata bahwa Permaisuri Park- tampaknya cukup terganggu dengan fakta tersebut.
" Mama tidak apa-apa, Putri Jeon tidak perlu cemas, eum? "
Putri Jeon Ji sedikit memiringkan kepalanya, untuk ukuran anak seusia nya jelas tidak akan mengerti tapi hanya dengan melihat raut wajah dengan binar polos di kedua bola mata hitam itu setidaknya berhasil mengurangi rasa cemas di hati Kim Taehyung. Dia lantas meraihnya, mengusap wajahnya dengan lembut lalu memberi kode kepada pengasuh bayi itu untuk membantunya mengangkat tubuh sang Putri.
" Bawa Putri ke Paviliun ku, kami akan tidur sekarang. "
" Baik. "
Pengasuh itu tidak banyak berkomentar, sejak hari dimana dia melihat sang permaisuri membentak putrinya dan pembelaan yang di lakukan oleh Selir Kim- sifatnya terhadap Kim Taehyung telah banyak berubah. Dia tidak lagi memandang rendah dirinya, sebaliknya dia justru merasa kagum padanya, yang terlihat begitu tulus dalam menyayangi putri Jeon Ji.
Setelah menidurkan Putri Jeon Ji, Kim Taehyung dengan hati-hati bangun lalu bergerak ke ruang sebelah kamarnya, duduk menatap lurus pada sepoci teh yang baru saja mendidih, mematikan api lalu menuangkan isi ke cangkirnya sendiri namun tidak langsung meminumnya, sebaliknya dia justru membiarkan mendingin di atas meja.
Satu tangannya dia letakkan di dada kirinya dimana dia merasakan denyut sakit sebelumnya, firasatnya mengatakan bahwa itu pasti berkaitan dengan Jeon JungKook, tapi apa?
Berbagai opini serta serangan negatif langsung menyerbu otaknya, hatinya berdenyut ngilu, memikirkan berbagai hal yang jelas tidak di inginkan nya. Bersamaan dengan itu perutnya tiba-tiba bergejolak, Kim Taehyung meringis, memeluk dan mengusap perutnya seraya menggumamkan kata-kata penenang untuk janin di perutnya. Tidak hanya dirinya, tapi bayinya pasti juga dapat merasakan hal yang sama terhadap situasi Ayah mereka. Sungguh kontak batin yang kuat.
" Jeon JungKook......."
*
Tidak hanya Kim Taehyung yang merasakannya tapi juga terjadi pada Park Jimin. Dia yang tadinya baru saja akan tertidur justru harus kembali bangun akibat serangan dadakan yang menombak detak jantungnya. Park Jimin duduk di tepian kasur masih dengan telapak tangan yang menekan dadanya, kulit wajahnya berkerut dan raut wajahnya jelas tidak senang.
" Jung Jae Hyun Sialan!! Apa yang kau lakukan pada suamiku!? "
Park Jimin tidak jadi tidur, memilih untuk bangkit dan pergi ke ruang kerjanya, berdiri di antara rak buku, menarik salah satu di sisi kiri, segera lemari kayu penyusun buku itu bergeser membentuk lorong gelap nan panjang. Park Jimin memasukinya tanpa ragu.
*
Di tempat lain, sesosok pria tengah menggendong pria lain nya yang tak sadarkan diri. Tubuh mereka berdua basah kuyup, berjalan dengan susah payah di gelapnya malam, udara dingin dan banyak rintangan dari akar pepohonan dan ranting patah membuat perjalanan semakin sulit. Terus melangkah jauh ke dalam hutan, sampai akhirnya mereka tiba di sebuah pondok dengan cahaya sangat minim dari pantulan bulan.
" Ryujin! Ryujin, cepat buka pintunya! "
Dari dalam pondok terdengar suara langkah sedikit tergesa-gesa, gerakan membuka pintu yang kaku di ikuti munculnya sesosok wanita membawa lentera kecil di tangan kirinya, dia menatap tamu di depannya dengan terkejut.
" Kau- "
Pria itu tidak mengindahkan suara terkejut wanita tersebut- Shin Ryujin dan tanpa sopan santun segera masuk ke dalam di ikuti Shin Ryujin setelah menutup pintu terlebih dahulu, memastikan tidak ada kecurigaan diluar pondoknya.
" Apa yang terjadi? Kenapa kau bisa bersamanya? "
*Bruk!
Tubuh tak sadarkan diri itu di letakkan nya dengan sedikit kasar pada atas dipan tanpa alas apapun, karena itu memang biasanya di gunakan untuk duduk bersantai disiang hari.
" Akh! Sial! Kenapa dia begitu berat!? Aku seperti telah mengangkut batu gunung! "
" Kim MingYu! Jawab pertanyaan ku! "
Kim MingYu masih mengabaikannya, meraih teko air di meja dan langsung menuangkan airnya ke tenggorokan nya yang kering akibat udara malam begitu mencekik dirinya.
" Kim- "
" Diam lah! Lebih baik kau periksa bajingan itu dulu, aku akan menceritakan semuanya setelah nya."
Shin Ryujin tidak dapat membantah dan hanya bisa menghembuskan udara dingin, mendengus, menyenggol lengan Kim MingYu dan pergi mengambil kotak peralatan medis dan obat-obatan yang selama ini di kumpulkan olehnya. Ingatan nya dulu menjadi adik kesayangan Victoria jelas mendapat dukungan penuh dalam setiap keinginannya termasuk dalam hal medis. Karena Jennie dulunya sangat berkeinginan menjadi tabib istana.
Merasakan perasaan lembab dimana dia menyenggol Kim MingYu barusan, Shin Ryujin lantas menatapnya malas.
" Pergilah berganti baju selagi aku memeriksanya. "
Kim MingYu tidak menolak, karena jujur dia juga merasa tidak nyaman dengan kondisinya saat ini. Dia tidak ingin terkena serangan flu atau bahkan demam di kemudian hari, mengingat rasa minuman dari rebusan jahe milik Shin Ryujin benar-benar membuatnya jera......
Shin Ryujin pergi mendekati sosok yang terbaring tak sadarkan diri begitu pucat dan mengenaskan tersebut, ada pula robek di pelipisnya yang cukup lebar dan memakan banyak jahitan, lebam pada berbagai titik dan patah tulang rusuk. Kulit wajah Shin Ryujin berkerut, merasa tidak yakin sosok yang dia tolong saat ini akan sadar dalam waktu dekat mengingat luka yang di deranya, terutama di bagian kepala. Jelas itu adalah jenis benturan yang sangat kuat.
Selagi dia fokus pada pekerjaannya, di belakangnya, Kim MingYu telah selesai berkemas dan berdiri dengan bersidekap dada bersandar pada dinding kayu.
" Niat awal ku adalah pergi memantau keadaan tapi justru bertemu dengan Jung Jae Hyun, lalu aku putuskan untuk mengikutinya. Tak ku sangka aku justru juga akan menemukan pria ini di hutan perbatasan. "
Shin Ryujin menuangkan bubuk dedaunan yang telah dia haluskan dan di simpan begitu baik di dalam botol pada telapak tangannya, memberi sedikit air lalu menguleni hingga teraduk rata sampai dia bubuhkan pada area area luka yang menyedihkan.
" Jung Jae Hyun sepertinya telah merencanakan adegan pembunuhan terhadapnya, tapi tidak mengira bahwa dirinya lah yang terpojok di rencananya sendiri. Jung Jae Hyun tahu dia tidak akan selamat, dan oleh karena itu dia berniat membawa Jeon JungKook untuk mati bersamanya dengan terjun ke sungai. "
Gerakan tangan Shin Ryujin macet, dia lantas sedikit menoleh pada Kim MingYu dan melihat wajahnya dengan samar dari lentera yang juga sedikit redup.
Seakan mengerti dengan apa yang di pikirkan oleh isi kepala Shin Ryujin, Kim MingYu lantas melotot padanya.
" Apa? Aku tidak sekejam itu, oke? Di tambah dengan saudara kita yang saat ini mendekati bulan kelahiran, jangan pikir untuk lari dari tanggung jawab!! Setidaknya, lihatlah dulu anak yang dia impikan selama hidupnya!! "
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴊᴇᴏɴ ᴇᴍᴘɪʀᴇ
Fantasiᴊᴜᴅᴜʟ : ᴊᴇᴏɴ ᴇᴍᴘɪʀᴇ ᴀᴜᴛʜᴏʀ : @ᴅɪᴀᴢᴏᴋᴛᴀғɪǫɪ ɢᴇɴʀᴇ' : ʙʟ | ʀᴇʙɪʀᴛʜ | ᴋɪɴɢᴅᴏᴍ ʀᴇǫᴜᴇsᴛ: @skomalasari508 ᴅᴇsᴄʀɪᴘᴛɪᴏɴ_ [~» Jeon JungKook atau di kenal sebagai masa kejayaan Jeon Empire merupakan raja pertama Dinasti Joseon, Korea, dan figur utama di...