JEP 37

1.5K 227 8
                                    


















*

Tiga hari sejak penangkapan terjadi, para tawanan yang terkurung di ruang penjara bawah Tanah istana tersebut terus mendapatkan siksaan yang tiada hentinya. Bahkan dari tujuh belas orang, tiga di antaranya sudah mati setelah mendapatkan siksaan yang amat sangat kejam. Tidak ada kata ampun bagi mereka yang menolak untuk menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan oleh tim eksekusi. Hari ini kebetulan sekali sang Kaisar Jeon JungKook lah yang terjun langsung untuk mengeksekusi mereka yang mana membuat mereka gemetar ketakutan tiada hentinya.

" Ampunnn!!! Ampunnn!! Ampun Yang Mulia-!! AKHHHH!!! "

Sekali lagi, sepotong daging merah segar berlumuran darah panas terjatuh setelah terkena sayatan dari sebilah pisau belati tajam andalan Jeon JungKook setiap kali pergi berburu. Tapi kali ini sepertinya belati itu tidak hanya di pergunakan olehnya untuk menyembelih binatang buruannya melainkan juga berlaku untuk menyiksa para tawanan bodoh tersebut.

Tapi sayangnya meski begitu, setelah sekian banyak eksekusi yang di lakukan, tidak seorang pun dari mereka yang mau membuka suara selain pasrah akan kematian sendiri. Hal inilah yang membuat Jeon JungKook semakin geram, dengan sekali robekan, leher dari pria yang sejak tadi dia mainkan nyaris terputus dari tubuhnya, bagaikan urat urat panas menyemburkan darah kental ke udara dan memercik kemana-mana bahkan sedikit menodai kulit wajah rupawan sang Kaisar.

Melihat pemandangan ini, tiga belas yang tersisa, lima di antaranya terkencing di celana, dua muntah dan lainnya memalingkan wajah.

" Siapa selanjutnya? " pertanyaan santai yang di ajukan oleh JungKook terdengar seperti pertanyaan main-main yang di ajukan oleh seorang guru kepada muridnya ketika selesai kelas mengajar. Jeon Jungkook bahkan sama sekali tak mengubah raut wajahnya selain tanpa ekspresi, sibuk memperhatikan setiap tetesan darah yang menempel di belati nya jatuh ke tanah, tampak sangat menarik.

Berbalik, bergerak ke tengah dan berdiri tepat di depan seorang pria yang sempet terkencing di celana itu, menatapnya dengan kernyitan jijik yang kentara di wajahnya, Jeon Jungkook mengangkat wajah itu dengan menggunakan ujung belatinya yang berlumuran darah di dagunya yang mana bagian yang sangat tajam itu menyayat kulit nya, menambah jejak darah dan ringisan kesakitan yang kentara.

" Kau- Apakah kau juga ingin bernasib sama dengannya? " Ujarnya seraya menekan belati di dagu pria itu untuk menghadap pemandangan mengerikan itu, seketika kulitnya semakin pucat dan bibirnya bergetar ketakutan. Dia mengerjabkan matanya berpikir bimbang.

" Apakah- Apakah jika saya mengatakan yang sesungguhnya, saya akan di bebaskan-? "

" LEE JENO!!! "

Jeon Jungkook menyeringai, sedikit merendahkan wajahnya hingga sejajar dengan pria yang di teriaki 'Lee Jeno' dari rekannya itu bergetar ketakutan.

" Tentu. "

Segera setelah itu para tawanan yang masih sadar memakai dengan keras, bahkan tak segan-segan untuk mengutuk rekannya sendiri.

" Pengkhianat!!! Lee Jeno! Berani kau mengatakannya, kau akan tahu akibatnya!! "

" Lee Jeno!! Jangan percaya padanya!! Dia hanya ingin menjebak mu! Setelah kau mengatakannya, kau tetap akan di bunuh olehnya!! "

" Lee Jeno!! Lebih baik kita mati seperti ini daripada mati berkhianat!!! "

" Tidak percaya? " Jeon JungKook melirik ke arah mereka yang baru saja memekik seperti tikus terjepit itu dengan seringai yang lebih lebar.

" Jangan kira Kaisar ini bodoh, aku tahu semua gerak gerik kalian, terutama kau- Lee Jeno. Kau terus mencuri curi pandang dengan seseorang, apakah dia begitu berarti? "

Lalu kembali menegakkan tubuhnya menyeret belati yang dia gunakan untuk menumpu wajah Lee Jeno tadi ke target lain, seketika berganti Lee Jeno berteriak panik.

" JANGAN!! JAGAN SAKITI DIA!! YA! YA! AKU AKAN BERBICARA! TAPI TOLONG JANGAN SAKITI DIA!!! "

" LEE JENO!!! "

Lee Jeno tidak bisa berkutik, dia hanya bisa menatap tak berdaya kepada rekan rekannya yang menatapnya dengan pandangan tak percaya, marah bahkan jijik, tapi yang di khawatirkan olehnya saat ini hanyalah pemuda manis yang terlihat sangat lemah kini akan menjadi objek mainan Kaisar gila itu bila dia tidak juga mau buka suara. Lee Jeno memejamkan matanya dan berucap pelan tapi penuh keyakinan.

" Tolong jangan sakiti dia."

Jeon Jungkook tersenyum puas, menarik belatinya dan menatapnya dengan pandangan mencemooh.

" Sayang sekali belati-ku seperti nya hanya bisa bermain cukup sampai disini?"

Jeon JungKook berbalik, mengambil kain kasa yang telah di sediakan oleh salah seorang prajurit nya dan menyekanya ke belati itu hingga bersih. Meskipun masih harus menyisakan aroma anyir darah, tapi tak masalah. Menepuk pundak Jenderal Kim Yugyeom dengan belatinya tadi-

" Bawa Lee Jeno ke ruangan ku dan panggilkan tabib istana untuk pemuda sekarat itu. Sisanya, kau tau apa yang harus di lakukan, kan? "

Jendral Kim Yugyeom menelan ludah, mengangguk paham, meskipun banyak dari mereka yang berpikir kenapa harus repot repot menyelamatkan pria keparat itu di bandingkan membunuhnya seperti lainnya setelah urusan selesai. Mungkin inilah yang di katakan, sekejam dan sedingin apapun sosoknya, akan tetap luluh dan setidaknya memiliki sedikit hati mulia kepada mereka....




*





" Apa yang kau lakukan disini? "

Nada suara Jungkook belum stabil dan sikapnya masih cukup dingin sehingga dia tidak sadar untuk berbicara seperti itu kepada sosok pemuda manis di depannya- Permaisuri Park Jimin.

Park Jimin tersentak, sebenarnya sudah beberapa waktu yang lalu dia berada disini, mencoba untuk ikut masuk guna melihat situasi yang terjadi di dalam sana mengingat Jeon JungKook langsung lah yang kali ini mengeksekusi mereka, tapi sayangnya setiba di pintu dia justru di halangi oleh para prajurit menjaga pintu penjara bawah Tanah. Menahannya untuk tidak ikut masuk mengingat tidak adanya perintah pembolehan terhadapnya dari Yang Mulia Kaisar-

Park Jimin sangat marah, dia bahkan sangat ingin mengutuk mereka tapi hanya bisa di tahan di tenggorokan, sebagai gantinya dia hanya bisa menunggu dengan pasrah dan hati gelisah sampai Jeon JungKook keluar. Dan kini lah saatnya.

Park Jimin dengan cepat berdiri lalu berjalan mendekati Jeon JungKook tapi melihat siluet asing di belakang punggung Jungkook membuat punggungnya mendingin.

" Kaisar- aku hanya ingin melihat- "

" Apa yang ingin kau lihat di tempat kumuh ini, Permaisuri Park-? Tempat mu bukan disini. Kembali lah ke istana. "

" T-tapi Yang Mulia- kenapa mereka- "

Suara Park Jimin tercekat, saat bertemu dengan sepasang mata gelap nan tajam milik Jeon Jungkook terhadapnya membuatnya seketika kesulitan untuk berbicara. Senyum di wajah Jeon JungKook pun perlahan hilang berganti dengan ketidaksabaran.

" Permaisuri Park- "

Jeon Jungkook dengan acuh mengabaikan Park Jimin dan terus berlalu di ikuti dua kelompok prajurit yang membawa Lee Jeno dan juga pemuda manis yang kini di bawa dengan sedikit di seret ke arah lorong lain. Park Jimin tidak bisa menahan gerakan kakinya, dengan perasaan rumit terpaksa kembali ke kediamannya sebelum Jeon JungKook benar-benar marah padanya.







TBC!!!

ᴊᴇᴏɴ ᴇᴍᴘɪʀᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang