JEP 38

1.5K 268 17
                                    

















*

" Dia- Jung Jae Hyun, adik tiri Kaisar pendahulu Oh Sehun......."

" .......Selama masa pemerintahan Kaisar Oh- Tuan Jung Jae Hyun tidak tinggal di istana, melainkan di hutan dimana tempat pengasingan nyonya Selir ketiga- (Ibunya- Jung kristal)......"

"........ Tujuan utama tuan Jung Jae Hyun datang ke kota dan melakukan pemberontakan tak lain adalah karena Selir Kim Taehyung- "

BRAK!!!

" Omong kosong!!! "

Jeon JungKook memukul meja kayu di depannya hingga bergetar dan membuat cangkir cangkir di atasnya yang sudah berisikan teh, tumpah. Lee Jeno bergetar tapi dia tetap tak ingin gentar melawan tatapan mematikan dari sepasang mata gelap Kaisar baru itu.

" Kau pikir aku akan percaya!? "

" Yang Mulia- saya berkata benar!! Tuan Jung Jae Hyun sebelumnya sangat mencintai Selir Kim Taehyung (diam-diam), dan berniat melamarnya sebelum kabar bahwa Selir Kim mengajukan diri untuk menjadi kandidat Selir istana!? "

Jeon JungKook berdiri dan bergerak cepat menuju Lee Jeno, sasaran utamanya adalah leher itu, mencekiknya hingga untuk bernafas dari mulut pun sulit. Kulit wajah Lee Jeno perlahan merah menyala dan membiru aneh, tapi Jeon JungKook tidak akan semudah itu memperlancar kematian nya.

" Lee Jeno. Jangan main-main padaku atau kau akan tau konsekuensinya, terutama kepada pria itu-" Ujarnya seraya melirik ke sudut ruangan hampa tersebut dimana sesosok pria cantik tergeletak lemah di atas dipan kayu ukuran tunggal. Jeon JungKook tahu pria menyedihkan itu sangatlah berarti bagi Lee Jeno.

" J-janganhh sa-sakiti dia..hhh.... "

Jeon JungKook mendengus, melepaskan cengkraman tangannya dan berdiri tegap membelakangi Lee Jeno.

*Uhuk

*Uhuk

Lee Jeno terbatuk batuk selagi meraup banyak udara dingin di sekitarnya. Pencahayaan di ruangan tersebut tidak lebih sama seperti dia ketika berada di ruang penjara bawah Tanah tapi setidaknya disini jauh lebih baik dan tentunya bersih kecuali ruangannya yang terlihat sangat hampa, tidak ada perabotan lebih selain dipan tunggal tersebut, satu meja kayu dan satu kursi yang sebelumnya di duduki Jeon JungKook serta ruang kecil yang di yakini adalah kamar mandi. Pergelangan kaki Lee Jeno terhubung dengan sebuah rantai yang mana membuat ruang geraknya sangat terbatas, tapi setidaknya rantai itu masih mampu di jangkau bila dia ingin mendekati pemuda malang di sudut ruangan tersebut.

Lee Jeno juga mulai berpikir, akan lebih baik dia melakukan hal seperti ini mengingat bagaimana pengorbanan nya sebelumnya dengan yang lain sedangkan untuk Jung Jae Hyun itu sendiri justru melarikan diri menyelamatkan dirinya sendiri tanpa mau repot repot memikirkan bagaimana dengan nasib para rekannya, atau bahkan untuk Lee Jeno yang dia akui sebelumnya sebagai adik angkatnya.....

Apakah mereka sebenarnya sama sekali tak memiliki arti bagi Jung Jae Hyun?

Tatapan panas Lee Jeno jatuh pada punggung tegap Jeon JungKook, dia dapat merasakan bahwa pria kejam tersebut masih memberikan nya waktu dan kesempatan untuk melanjutkan cerita guna menyelamatkan nyawanya. Lee Jeno telah bertekad, apapun yang terjadi di masa depan, dan apa yang dia lakukan saat ini, dia tidak akan menyesal, terlebih lagi apa yang dia lakukan semata-mata untuk menyelamatkan pemuda manis itu. Dia adalah......

" Yang Mulia- percaya tak percaya jika saya katakan bahwa Tuan Jung Jae Hyun memiliki hubungan dengan Permaisuri-"

Lee Jeno tidak lagi melanjutkan kalimatnya, sebaliknya dia menelan semuanya ke perut dan memilih untuk memperhatikan reaksi seperti apa yang akan pria galak itu lakukan, tapi apa yang dia lihat justru sangat jauh dari perkiraan karena kenyataannya Jeon JungKook sama sekali tak bereaksi selain suara dengusan samar pada dirinya. Begitu saja, Jeon JungKook pun berlalu pergi.




*





" Yang Mulia- "

Di perjalanan, Jeon JungKook bertemu dengan Permaisuri nya- Park Jimin yang terlihat sedikit kaku. Seketika tanpa di perintahkan, otaknya segera memutar ulang perkataan terakhir kali yang di lontarkan oleh Lee Jeno sebelumnya padanya. Jeon JungKook mau tak mau menatap wajah Park Jimin sedikit lebih lama dan lamat membuat Park Jimin sedikit salah tingkah.

Sejujurnya Jeon JungKook tidak juga ingin memikirkan hal tersebut sampai sejauh ini, tapi entah mengapa hatinya perlahan menguap dan tak tau menghilang kemana. Sama halnya dengannya yang tak lagi tahu harus seperti apa untuk bersikap kepada pemuda manis yang telah menemaninya sekian tahun belakangan ini. Pemuda yang dengan setia berjuang dengannya dari titik nol.

" Yang Mulia- hari ini, bagaimana jika- "

" Permaisuri Park- Saya lelah, lain kali, malam ini tidur lah sendiri. "

Tidak ingin berbicara lebih banyak, Jeon JungKook kembali berlalu seperti itu, tidak tahu bahwasanya Park Jimin kini menatap punggungnya dengan tatapan panas. Mengepalkan kedua tangannya hingga tanpa sengaja melukai telapak tangannya sendiri oleh kuku yang tajam menekannya dengan banyak kekuatan.

Jeon JungKook benar-benar lelah, sejak hari dimana dia kembali menangkap para bandit itu, dia belum sempat istirahat yang total, terlalu sibuk mengerjakan dan memikirkan banyak hal membuatnya lelah hari ini. Membersihkan tubuh lalu membaringkan diri di ranjang besarnya, menatap langit-langit sejenak sebelum tenggelam dalam kegelapan.

Namun begitu, JungKook justru langsung di hadapkan pada sebuah pemandangan yang kacau dan sangat mengerikan. Pemandangan di depannya terus berubah-ubah setiap detik membuatnya sakit kepala. Mimpi mimpi yang pernah dia alami sebelumnya terasa terulang kembali, tapi kali ini jauh lebih panjang dan komplit. Tapi sayangnya mimpi itu berakhir tepat ketika pedang itu menusuk tubuhnya. Dan pelakunya tak lain adalah....

Jeon JungKook bangun, waktu sudah menunjukkan dini hari. Langit masih gelap dan suasana sangat sunyi. Kulitnya berkeringat banyak. JungKook tidak bisa melanjutkan tidurnya, sebaliknya dia justru memiliki keinginan yang sangat kuat di hatinya. Turun dari ranjang, masih mengenakan pakaian dalamnya yang tipis, mengambil mantel lalu keluar dari kamarnya. Penjaga yang setia berjaga di depan pintu terkejut, mereka bahkan hampir saja meloncat ketika pintu itu di buka dari dalam tanpa aba-aba bahkan suara sekecil apapun tidak ada.

" Yang Mulia-!! "

" Jangan mengikuti ku! "

Langkah kaki Jeon Jungkook menuju ke arah kediaman paviliun Selir Kim- dimana para penjaga disana tak terlihat satupun dan mungkin masih beristirahat, sangat berbeda jauh dengan kediaman nya yang harus di jaga ketat. Tapi kali ini suasana hati Jeon JungKook mendadak tenggelam. Selir Kim- tengah hamil dan itu adalah bayinya, beraninya mereka tidak memberikan penjagaan yang ketat? Bagaimana jika seseorang yang tidak memiliki akan menyelinap masuk dan mencelakai nya? Terlebih lagi ada calon penerus nya disana yang bahkan belum melihat dunia?

Mendorong pintu itu perlahan, memperlihatkan suasana ruangan yang temaram dan sangat sunyi, dia dengan cepat menutup nya kembali, seketika Jeon JungKook dapat merasakan aroma wewangian bunga lavender menyebar di udara membuat pikiran nya setidaknya untuk saat ini sedikit lebih tenang. Berjalan perlahan tanpa menimbulkan bunyi yang mana harus membangunkan si pemuda cantik di atas ranjang itu.

Jeon JungKook memperhatikannya sejenak sebelum ikut menyelinap ke dalam selimut, tidur di sampingnya dan meletakkan satu tangannya di pinggang bulat Taehyung, mengusap perut bulat itu sejenak, menarik tubuhnya untuk di dekap lantas bergumam pelan.

" Sayang..... Maafkan aku...... "





TBC!!!

ᴊᴇᴏɴ ᴇᴍᴘɪʀᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang