JEP 51

1.5K 271 17
                                    




















*


Jeon JungKook menyeret tubuh Park Jimin dengan menarik tangannya, menyeretnya mendekati Kim Taehyung lalu melemparkannya ke sisi tubuh itu. Dengan pedang yang masih menancap di dadanya, rasa sakit yang di tanggung oleh Park Jimin lantas bertambah parah, rasanya ingin mati tapi orang orang itu tidak akan membiarkan nya mati begitu saja karena jelas sejak awal, matinya telah di persiapkan. Sama seperti seekor sapi, sebelum di sembelih, hidupnya akan di pergunakan terlebih dahulu. Bajak.

Jeon JungKook bahkan tak repot repot untuk melihatnya, berjalan lurus mengitari tubuh Taehyung lalu mendudukkan dirinya tepat di samping sisi Taehyung yang lain. Mengambil tangan pucat dan dingin itu, menggenggamnya erat, mencoba menyalurkan kekuatan dan kenyamanan, berbagi keresahan. Seketika pandangan Jeon JungKook teduh, terlebih lagi melihat raut wajah Kim Taehyung yang tersenyum meskipun dia tahu itu adalah tengah menahan rasa kesakitan.

" Bertahanlah- " Suara JungKook terdengar serak dan dia tanpa sadar tersedak, tidak ingin melanjutkan. Mata dan hatinya terasa pedih, jika di kehidupan sebelumnya dia bahkan mati lebih awal dan bahkan tidak tahu bagaimana nasib mereka dan meskipun pada akhirnya mereka tetap mati bersamanya, Jeon JungKook merasa sangat kehilangan. Beban yang dia tanggung begitu berat.

Mengecup punggung tangan itu, membisikkan beberapa kalimat penuh cinta dan kerinduan yang mendalam. Seluruh ingatan telah memenuhi otaknya dan bahkan siapa dalang di balik semua musibah itupun dia juga mengetahuinya. Mengetahui bahwa LaLisa, wanita yang pernah hadir di kehidupannya sebelumnya tapi tetap saja, mengingat bagaimana dirinya dulu membuat rasa benci di hatinya tak terbendung. Apakah cinta harus begitu kejam?

Sekarang, di hadapkan dengan roh LaLisa yang kembali muncul untuk membalaskan dendam nya, meskipun dia harus berada di tubuh Park Jimin yang pada nyatanya sama sekali tidak tahu apapun dan tak bersalah, Jeon JungKook tetap menutup hatinya.

Park Jimin atau kita sebut LaLisa yang berada di tubuh Jimin hanya bisa menitikkan airmata semakin deras. Orang yang dia cintai ada di depan matanya, orang yang menjadi titik dasar obsesi sekaligus dendam di hatinya, berada tepat di dekatnya, tapi dia justru sedikitpun tak pernah ingin melihatnya atau sekedar melirik sekilas. Hati siapa yang tidak pedih?

" Jungkook hhh..... "

Park Jimin mengerahkan sisa dari tenaga nya hanya untuk bisa mengangkat satu tangannya, berharap JungKook akan menggapainya atau setidaknya menatapnya saja dalam beberapa saat, tapi sayangnya Jeon JungKook seakan tuli dengan seruan menyedihkan tersebut, dia hanya terfokus pada keselamatan Kim Taehyung bersama bayi mereka.

Park Jimin \ LaLisa tidak bisa menahan rasa teramat sakit di dadanya. Rasa sakit yang amat sangat pedih dan menyayat hati mengalahkan tikaman pedang yang JungKook torehkan di dadanya.

Pasrah.

Dia menyerah.

Menurunkan kembali tangannya dan sebagai gantinya dia lantas memegang tangan Kim Taehyung yang lain lalu mengarahkannya ke dadanya dimana pedang Jeon Jungkook masih menancap disana.

Kim Taehyung juga menoleh padanya tapi tidak bersuara karena dia juga merasa telah berada di ambang kematian. Hanya akan ada satu diantara mereka yang akan selamat saat ini. Dan ketika hal itu terjadi, barulah Jeon Jungkook mau menolehkan kepalanya menatap raut pucat pasi Park Jimin, tapi dia layaknya sebuah robot tanpa perasaan dan hidup penuh kekakuan.

" Matilah dengan damai. "

Itu adalah kalimat terakhir yang JungKook berikan padanya. Park Jimin memejamkan matanya, dia pada akhirnya akan selalu kalah dan akan selalu begitu setiap kali di hadapkan dengan cinta, terlebih lagi saingannya adalah Kim Taehyung.

" Aku mencintaimu- " lirihnya dengan sangat pedih sebelum akhirnya suara lengkingan dirinya dan Taehyung bertabrakan di udara.

Mata gelap Jeon JungKook membola, dia dapat dengan jelas melihat proses Park Jimin yang perlahan mengoyak dadanya sendiri dengan pedang Jungkook, darah merah kental masih panas mengalir deras ke tubuh nya dan juga Taehyung. Tapi hebatnya darah itu tidak menyebar kemana-mana selain tubuh mereka berdua dan berakhir terserap ke dalam tubuh Kim Taehyung itu sendiri yang mana hal itulah yang membuatnya mengerang hebat. Bersamaan dengan itu, rasa sakit dari perut bawahnya semakin intens, perasaan di kotak dari dalam dan tulang pinggul yang di patahkan sedikit demi sedikit begitu nyata.

Shin Ryujin yang bertindak sebagai dokter dalam membantu proses persalinan Kim Taehyung bahkan agaknya tidak menduga akan melalui proses mengerikan seperti ini. Bayi itu benar-benar mencari jalan lahirnya sendiri tanpa perlu di bantu oleh pihak ketiga (Shin Ryujin), selain dorongan kuat dari ibunya (Kim Taehyung).

Darah Kim Taehyung meremas pada tubuh bagian bawah, detak jantung Jeon JungKook berpacu, meskipun dulu Park Jimin juga telah melalui proses persalinan yang sama, tapi dia tidak ikut melihatnya secara langsung dan dia rasa juga tidak sedahsyat saat ini. Apakah itu karena kedua inang saling berkaitan dengan ilmu gaib?

Genggaman tangan mereka mengencang seperti ingin meremukkan, namun Jeon JungKook tetap bertahan, perasaan sakit itu tidak akan sebanding dengan perasaan sakit yang di tanggung oleh Kim Taehyung saat ini demi menyelamatkan bayi mereka.

Di sisinya, tubuh Park Jimin perlahan juga mulai menampakkan perubahan yang nyata, dimana dia terlihat semakin lemas dan kulit tubuhnya juga ikut berkeriput layaknya seorang pria renta di usia senja pada umumnya. Rambutnya yang indah perlahan memutih dengan perasaan asing.

Dengan kondisi dan peralatan medis seadanya serta bantuan yang sedikit, Shin Ryujin sangat fokus dengan tugasnya. Dia tidak akan mengecewakan mereka semua, terlebih lagi dia tidak akan membiarkan saudara sekaligus keponakan nya terluka olehnya.

Butuh waktu yang lama, udara semakin pengap yang mana hanya di isi oleh aroma amis darah.

Gelombang asap hitam bergerak gelisah di udara, seolah-olah kekuatan mereka juga tengah di uji saat ini. Kondisi diluar sudah mulai mereda, dan tampaknya pasukan pemberontak berhasil di musnahkan.

Bulir-bulir keringat mengalir deras di wajah Kim Taehyung, tubuhnya telah basah kuyup oleh darah dan keringat, bayinya akan segera lahir, dan dia tidak bisa lengah.

" Kakak, bertahanlah, tarik nafas lalu dorong lebih kuat sekali lagi! "

Instruksi Shin Ryujin kepada Kim Taehyung, kedua tangannya telah bersiap untuk menampung bayi yang akan segera lahir tersebut. Kepala sudah berada diluar, tinggal mendorong dan menarik bagian pundaknya yang gemuk.

Kim Taehyung hampir putus asa, memalingkan wajahnya dan bertepatan dengan itu JungKook dengan suka rela menyerahkan pergelangan tangannya kepada Taehyung untuk di gigit. Meskipun mengetahui resiko fatal bila bertindak diluar nalar, Jeon JungKook tidak peduli.

" Sekali lagi, ku mohon. Aku mencintaimu dan bayi kita, Taehyung! "

Kim Taehyung menarik nafas kuat lalu mengejan dengan sisa kekuatan yang dia miliki, di bawah sana, dia merasakan robekan yang nyata, tapi tidak memikirkan nya terlalu jauh pasalnya perasaan sesuatu terdorong dan lepas dari tubuhnya menyisakan perasaan kosong membuatnya hampir tumbang.

Shin Ryujin dengan sigap menangkap bayi tersebut, merebut pedang Jungkook lalu memotong tapi pusar pada bayi, barulah suara tangisan hebat menggelegar diruang tersebut. Bertepatan dengan itu, sosok Kim MingYu dan Kim Namjoon muncul, kedua pria itu membeku di tempat lalu melirik satu sama lain sebelum akhirnya tersenyum tipis.

" Bayi sialan itu akhirnya lahir? "

Tidak ada air hangat untuk membasuhnya, jadi dengan terpaksa bayi malang tersebut langsung di balut dengan sebuah kain jubah lembut milik Kim Taehyung sebelumnya yang untungnya masih cukup bersih. Wajah dengan sedikit noda darah itu masih mengaum marah, kedua matanya belum terbuka tapi melihat dari fitur wajahnya dia akan menyerupai duplikat Jeon JungKook.

Shin Ryujin berpikir, itu benar-benar sial.

" Seorang Pangeran! "








TBC!!!

ᴊᴇᴏɴ ᴇᴍᴘɪʀᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang