43. Cinta Sejati

51 6 1
                                    

"Mencintai dalam diam itu lebih baik daripada engkau menyatakannya namun engkau merasakan sakit. Jika kamu mencintainya dalam diam, tentu hanya kau yang merasakan sakitnya sendiri apabila takdir berkata lain."
Fadil Abian

Laila pulang ke rumah dengan wajah semburat merah, merasa sangat malu karena menyenggol seorang lelaki, kecerobohan pertamanya seumur hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laila pulang ke rumah dengan wajah semburat merah, merasa sangat malu karena menyenggol seorang lelaki, kecerobohan pertamanya seumur hidup.

Laila sampai di depan pintu rumah yang terbuka lebar dan kaget. Ia bertanya-tanya apa yang terjadi di dalam dan mengapa pintunya terbuka begitu lebar. Akhirnya, Laila terjebak dalam pikiran berlebihan.

"Assalamu'alaikum. Bu, Yah?" Laila membungkukkan sedikit tubuhnya.

Tiada orang di ruang tamu. Mungkin ada tamu di ruang tengah, pikirnya.

Ia melanjutkan langkahnya hingga sampai di ruang tengah, terdapat Deva dan ibunya sedang berbincang dengan Hafidzah dan Thariq. Deva menoleh dan tersenyum.

"La," tegur Deva dengan senyuman tulus, menganggukkan kepalanya sekilas. Laila pun begitu.

"Tante, Ibu, Ayah, dan Deva .... Laila izin ke dapur sebentar, ya," kata Laila. "Laila mau naruh barang belanjaan dulu."

"Iya, silakan, La," respon Hafidzah. Deva hanya melihat Laila sekilas kemudian fokus menatap Thariq melanjutkan pembicaraan yang sempat terpotong karena Laila.

Di dapur, Laila menaruh minyak goreng di samping kompor. Laila juga membawa kantong plastik yang hanya tersisa biskuit ke dalam kamar untuk ia cemil.

Laila merapikan kerudungnya di cermin sebelum ia memulai ceramah di Zoom meeting. Laila tersenyum melihat penampilannya sudah rapi. Dengan cekatan, ia membuka laptop, mengklik aplikasi Zoom kemudian menyebar link Zoom meet dengan semangat dan beberapa orang pun masuk ke dalam meeting online. Setelah banyak anggota yang berkumpul, Laila pun memulai ceramah.

Di saat Laila sedang ceramah online, Deva dan ibunya berpamitan untuk pulang.

"Sudah, ya, Hafidzah. Kakak pulang dulu. Sampaikan salam ke Laila juga, ya. In syaa Allah kami di sini sampai lebaran hari ketiga. Setelah itu kami balik ke Jawa timur," tuturnya.

"Oalah, Kak. Hati-hati, ya,." Hafidzah memegang erat tangan sang kakak kemudian memeluknya.

Hafidzah biasa dipanggil Fiza oleh keluarganya. Ibu Deva adalah Kakak dari Hafidzah dan kakak ipar Thariq.

"Assalamu'alaikum." Deva dan ibunya melenggang pergi keluar dari pekarangan rumah Laila. Hafidzah dan Thariq serentak menjawab salam.

Mereka menatap kepergian Deva dan ibunya hingga lenyap dari pandangan. Dalam Islam, kita dianjurkan untuk melihat kepergian tamu hingga ia lenyap dari pandangan karena ditakutkan sesuatu terjadi padanya ketika di jalan dekat rumah kita.

Seorang lelaki terpukau mendengarkan Laila berceramah. Ia pun berpikir, bukankah wanita ini adalah yang menyenggolnya? Beberapa menit kemudian azan Isya berkumandang. Laila pun mengakhiri ceramahnya. Lelaki tersebut mematikan laptop kemudian tersenyum sejenak. Ternyata benar, wanita itu adalah seseorang yang menyenggolnya ketika ia pulang.

Lailatul Qadar(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang