52. Benci dan Kehilangan

70 6 0
                                    

"Aku rela terluka agar kau bahagia."
Fadil Abian

Aisyah selesai mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aisyah selesai mandi. Ia membuka lemari dan memilah-milah gamis yang tergantung. Ia bahagia sekali karena akan bertemu dengan Laila. Ia melihat gamis yang dianggap cocok untuk ia pakai, akhirnya ia pun memutuskan untuk memakainya.

Aisyah bercermin dan memutar badannya, melihat betapa indahnya pakaian yang ia kenakan. Selesai bercermin, ia mengambil tas selempang yang sudah disiapkan di pintu dan ia pun keluar kamar.

Aisyah tiba di parkiran motornya, memakai helm, kemudian menaiki motor lalu menyalakan mesin kemudian melesat pergi.

Laila menata meja di kamar dengan beberapa toples yang ia bawa di dada. Setelah semua tertata rapi, Laila tersenyum melihatnya kemudian jemari kedua tangannya membentuk persegi seolah kamera. Oke, segini udah bagus. Laila bahagia saat ini.

Kemudian, Laila merapikan kasur dan menatanya sembari menunggu. Beberapa menit kemudian, setelah kamar sudah rapi, Aisyah mengetuk pintu masuk dan mengucapkan salam.

Laila membukanya dan terlihat sosok Aisyah yang kelewat bahagia. Laila memasang ekspresi bingung. Ada apa dengan temannya ini?

"Ayo masuk. Aku udah siapin segala cemilan buat kita nyantai," ajak Laila. Aisyah mengangguk dan menyusul Laila pergi ke dalam kamar.

Di dalam kamar, Aisyah menaruh tasnya di sampingnya kemudian duduk di karpet yang sudah disiapkan oleh Laila.

"La, aku mau cerita sesuatu," ujar Aisyah membuat Laila penasaran.

"Cerita apa? Keliatannya seru," respon Laila sembari membuka toples cemilan.

Aisyah menghela napas panjang. "Jadi begini, ini tentang orang yang aku cintai. Tau, gak, namanya siapa?"

Laila menurunkan alisnya. "Siapa?"

Dengan malu-malu Aisyah berkata, "Kak Hisyam." Aisyah menundukkan wajahnya yang memerah sementara Laila tersentak kaget mendengarnya.

Kak ... Hisyam? Batin Laila. Laila sedikit merasa berat dalam dadanya. Ia pun mengalihkan tatapannya ke meja.

"Lebih tepatnya aku kagum sama Kak Hisyam. Dari cara bicaranya, cara dia menyelesaikan masalah, cara dia mencari solusi. Aku kagum sama caranya. Bisa-bisanya aku kagum banget sama dia," jelas Aisyah antusias.

Laila hanya diam dan melamun. Seketika ia mengingat semua momen yang terjadi antaranya dan Hisyam. Termasuk perkataan Hisyam.

"La?"

"Laila?"

"Laila kenapa bengong? Hei." Aisyah melambai-lambaikan tangan di depan wajah Laila. Baginya, Laila aneh sekali.

Laila tersadar dari lamunannya. "Eh? Enggak."

"Itu, kok, bengong? Kamu kena-" Suara ponsel Aisyah berdering keras. Spontan Aisyah melihat ke arah tas dan mengambil ponsel yang berada di dalamnya.

Lailatul Qadar(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang