13. Kenangan Indah

145 47 37
                                    

"Buatlah kenangan seindah mungkin agar kau bisa tersenyum hanya karena mengingat kenangan itu di saat kau bersedih."
Fadil Abian

Fadil dan kawan-kawan telah menyelesaikan sholawat dan para santri dan pengunjung bersorak ria pada empat serangkai ikhwan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fadil dan kawan-kawan telah menyelesaikan sholawat dan para santri dan pengunjung bersorak ria pada empat serangkai ikhwan.

"Asik. Itu lagu buat siapa, Dil?" tanya Fauzan pada Fadil yang masih tersenyum. Fadil tak menjawab sama sekali pertanyaan Fauzan. Mereka beranjak dari tempat duduk mereka di panggung dan turun.

"Positif aja, buat jodohnya kali," simpul Saddam menjawab pertanyaan Fauzan. Hasan hanya menggelengkan kepalanya.

"Elu sendiri buat siapa?" sindir Hasan pada Fauzan. Fauzan melirik dan menyipitkan matanya pada Hasan.

"Calon istri masa depan, San." Fauzan mengibaskan rambut depannya ke belakang menambahkan kesan ganteng pada dirinya. Mereka berempat berjalan menuju karpet paling belakang yang masih kosong untuk duduk.

"Wih, siapa?" Fadil kepo ingin tahu siapa yang menjadi incaran Fauzan.

"Gue belum tau namanya, tapi wajahnya sabi gue tuju di sepertiga malam." Fauzan tertawa sembari menutup mulutnya, dia pun duduk di karpet yang berada di hadapannya. Begitu pula dengan Hasan, Fadil, dan Saddam.

"Dah ada incaran aja kalian, ya. Lah gua gimana kabarnya?" keluh Hasan yang belum juga mendapatkan jodoh.

"Makanya jodoh tuh dicari, San. Wanita banyak di dunia," seloroh Fauzan pada Hasan membuat Fadil dan Saddam tertawa.

"Iya dah, fokus masa depan dulu. Nikah gampang." Hasan melepas pecinya dan mengambil syal yang berada di pundaknya, lalu mengusap wajahnya yang berkeringat.

"Gua nanya boleh kagak?"

"Nanya paan?" Fauzan dan Fadil kepo ingin mendengar apa yang menjadi pertanyaan Saddam. Hasan menghentikan kegiatan mengusap wajahnya untuk mendengarkan ucapan Saddam kelak.

"Aneh gak sih, kalo gua tanpa basa-basi mau ngelamar seorang wanita? Gua kenal dia aja kagak." Saddam mengepalkan kedua tangannya di dagu dan pandangannya fokus menghadap ke depan. Tanpa mereka sadari, seorang Qori wanita yang memimpin murottal kali ini adalah Zahra.

"Lah? Elu nemu perempuan di mana?" tanya Hasan mengernyitkan dahinya.

"Itu, yang di panggung." Saddam dengan wajah polosnya menunjuk pada Zahra yang sedang fokus membuka Qur'an. Hasan, Fadil dan Fauzan. Mereka semua ternganga karena ternyata Saddam menyukai seseorang yang juga satu pesantren dengan mereka, seperti Fadil dan Fauzan.

Mereka semua terdiam mendengarkan murottal yang dibawa oleh Zahra, Saddam tersenyum sambil mengalihkan pandangannya. Zahra pun demikian. Ia hanya fokus pada Al-Qur'an yang berada di hadapannya.

Lailatul Qadar(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang