"Semua kenangan manis dan pahit selalu tercatat rapi di dalam buku milikku. Kapan saja aku ingin mengingat kenangan, aku tak perlu mengingat dan bersedih tanpa adanya sesuatu yang dapat kupeluk. Itulah alasanku senang menulis. Agar aku dapat memeluk kenangan tersebut."
Sembari melihat-lihat dekorasi dan menunggu keluarga Fauzan selesai berbincang, Hannah mengeluarkan ponselnya untuk memfoto kemudian menelepon Aisyah dan Laila.
Laila terlebih dahulu mengangkat telepon Hannah. Hannah mendekatkan ponsel pada telinganya.
"Assalamu'alaikum, Laila. Gimana kabar hari ini?" tanya Hannah dengan gembira. Senyuman terlukis di wajahnya.
Laila tersenyum dengan mata yang fokus melihat buku catatan. "Alhamdulillah baik, Han. Ada apa, Han? Si Fauzan jadi hari ini ngelamar?"
"Hmm, coba ganti video call, La." Hannah menekan tombol video call dengan senyuman.
Layar Laila menampilkan Hannah yang sedang tersenyum. Laila heran dengan lokasi Hannah saat ini.
"Han, kamu lagi di mana? Kok kayak butik gitu?" Laila menyipitkan mata.
Hannah terkekeh melihat ekspresi Laila di layar. "Ini lagi di vendor pernikahan. Baru selesai fitting gaun. Sekarang lagii nungguin Fauzan milih dekorasi buat acara."
Hannah menekan tombol membalikkan kamera untuk memperlihatkan dekorasi yang menurutnya indah. Ya, Hannah ingin Laila membantu memilihkan dekorasi untuknya.
"Bagus itu, Han. Warna putih sama karangan bunga," ucap Laila. Ia membanding-bandingkan satu dekorasi dan lainnya sembari membayangkan hasilnya.
Hannah mendekati dekorasi yang dimaksud Laila. Terdapat bunga mawar dan bunga tulip juga marigold. Bunga tulip merupakan bunga favorit Hannah. Pintar sekali Laila memilih.
Hannah tersenyum menatap dekorasi itu. Di belakang Hannah, Fauzan menoleh ke arahnya dan tersenyum. Fauzan menghampiri Hannah yang terlihat senang.
"Mau yang ini?" ucap Fauzan sembari menunjuk dekorasi itu. Hannah terkaget dan menengok Fauzan yang berjarak di sampingnya.
Laila menahan tawa melihat wajah Hannah yang mulai memerah. Lucu sekali.
"La, udah dulu, ya. Assalamualaikum." Hannah mematikan sambungan telepon dengan gugup. Fauzan hanya tersenyum melihat tingkah Hannah.
Hannah buru-buru memasukkan ponsel ke dalam tas dan menatap tajam Fauzan di sampingnya. "Kenapa, sih, harus tiba-tiba--" protes Hannah. Ia berhenti tak berani melanjutkan kata-kata. Akhirnya ia menunduk sembari menggigit bibir. Malu.
Laila menghembuskan napas kasar. Ia tatap jendela kamar yang mempersembahkan mendung. Kembali ia melihat kertas kosong di buku yang terletak di meja hadapannya.
Ia pun menulis.
Hari ini, mungkin hari istirahatku. Tetapi pikiranku selalu memikirkan banyak hal. Apakah aku sudah membuat keputusan yang benar untuk membuat Hisyam menunggu lama? Akankah aku bisa bahagia dan menjadi istri yang baik untuknya juga ibu yang baik untuk anak-anak? Aku ingin menjalani hidup seperti biasa. Tetapi pikiran ini selalu menghantuiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lailatul Qadar(END)
Espiritual🏅 Bittersweet of Marriage July 2023 (FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA! Harap tinggalkan jejak untuk menghargai penulis) Genre: Spiritual, Romance. **✿❀Description❀✿** Ini kisah insan yang menjaga. Menjaga cinta, menjaga persahabatan, juga menjaga kesuc...