🏅 Bittersweet of Marriage July 2023
(FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA! Harap tinggalkan jejak untuk menghargai penulis)
Genre: Spiritual, Romance.
**✿❀Description❀✿**
Ini kisah insan yang menjaga. Menjaga cinta, menjaga persahabatan, juga menjaga kesuc...
"Kita bisa asalkan kita semangat dan memiliki tujuan." —Laila Zahroh
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selesai tarawih, Fauzan berdoa dan bergeming kembali. Ia beranjak kemudian kembali bersandar di tembok seperti sebelum Hannah datang, melihat pintu masuk yang kini banyak orang keluar. Ia penasaran, apakah Hannah juga ikut keluar?
Lama sekali ia tatap pintu itu. Setidaknya, itu adalah kali terakhir ia melihat Hannah sebelum Hannah menikah.
Di seberang, Hannah pun sama terdiam. Sang ibu izin pulang terlebih dahulu karena kantuk sudah menyerang. Hannah beralasan pada sang ibu ingin lebih lama berada di masjid untuk berdoa. Sang ibu pun menyetujui.
Dia belum pulang? Kenapa tak ada wujudnya, ya?
Batin Fauzan bertanya-tanya. Tanpa sengaja, angin dari AC standing mengibaskan kain pembatas sehingga terlihatlah Hannah yang menghadap mimbar dan bercucuran air mata.
Fauzan melihatnya. Kini ia khawatir pada Hannah. Apa yang terjadi padanya?
Sesakit apa sehingga ngebuat dia nangis?
"Andai Allah ridha dan menyatukan kita kelak, aku janji bakal ngebuat kamu bahagia, Han. Tapi apalah daya aku tak memiliki apa yang Hasan miliki. Restu orang tuamu," lirih Fauzan bermonolog. Matanya berkaca-kaca mengucapkan janji yang disaksikan oleh Pemilik Hati.
"Ya Allah. Jika memang aku dan Fauzan bukanlah takdir namun hanya sekadar hadir, tolong kuatkan kami, lancarkan rezekinya, jagakan dia untukku juga. Sungguh, aku cinta dia," ucap Hannah dengan tangan yang menengadah.
"Karena yang sepertinya tak ada lagi. Aku merindukan surat-surat yang terselip di sandalku, aku merindukan pertemuan tak disengaja dengannya, ya Rabbi. Jika ini yang tertulis dan terbaik untuk kami, tolong ... bahagiakan dia kelak." Hannah berdoa dengan deraian air mata. Mengalir tanpa henti, diiringi luka yang tak terperi.
Merasa terlalu lama di masjid, Hannah juga khawatir pada ibunya. Dia beranjak dan memutuskan untuk pulang. Ia tahu, Fauzan memperhatikannya. Ia tahu, Fauzan selalu ada. Tetapi, jika takdir tidak berpihak, dia bisa apa? Pikirnya.
Hannah berjalan cepat keluar masjid. Fauzan melihatnya namun memilih diam dan ikut beranjak. Hannah berjalan kaki pulang ke rumahnya, Fauzan menaiki motornya sembari melihat ke arah Hannah yang sedang berjalan.
Dengan hati yang berat, Fauzan mengeluarkan sepeda motornya dari pekarangan masjid, mengebut kencang pergi dengan harapan semoga ia kembali.
͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
Pagi hari, disambut dengan kicauan burung. Awan mendung yang tengah berkumpul bagaikan kumpulan ibu-ibu arisan. Membuat Laila merenung sembari melihat langit yang teduh hari ini.