46. Izinkan Aku Mencinta

60 6 4
                                    

"Aku yakin, jika kau memang ditakdirkan bersamaku. Kita pasti bersama bagaimanapun caranya."
Laila Zahroh

Acara pernikahan selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acara pernikahan selesai. Aisyah dan Laila berpamitan pada Hannah di atas pelaminan. Hisyam dan Laila berpapasan, Aisyah sudah turun lebih dulu. Akhirnya, Laila turun duluan dan Hisyam mengikuti dari belakang.

"Eh? Assalamu'alaikum, Kak." Laila membungkuk.

Hisyam mengangguk dan tersenyum. "Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Hisyam tak melihat wajah Laila, tanah di belakang Laila-lah yang ia lihat.

"Kakak sama Fadil ke sini, ya?" tanya Laila.

"Iya, Dek. Nama Adek Laila, 'kan? Kakak takut salah panggil kalau pakai nama," kata Hisyam basa-basi.

Laila mengangguk pelan.

"Laila! Ayo jalan!" teriak Aisyah dari luar masjid.

"Iya! Aku ke sana!" balas Laila.

"Maaf, ya, Kak. Aku pamit duluan. Assalamu'alaikum." Tanpa mendengar jawaban Hisyam, Laila berlari menghampiri Aisyah.

Hisyam mengangkat tangan kanannya. "Iya, Dek, hati-hati. Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Hisyam tersenyum menatap punggung Laila yang kian menjauh.

Semoga kita bisa bertemu lagi.

Hisyam melangkahkan kakinya menuju Fadil dengan senyuman manis. Berniat ingin berpamitan pula pada teman Fadil yang berada di atas pelaminan.

Hisyam menghampiri Fadil, menepuk pundak Fadil, dan mengajak Fadil untuk menjauh dari teman-temannya.

"Kenapa, Bang?" Fadil mendekatkan kupingnya pada Hisyam.

"Ayo kita pamitan pulang sekarang. Kita mau lanjut ke tempat sodara lainnya juga. Kasian Tante di rumah gak ada temen," bisik Hisyam.

Fadil mengangguk paham. "Oke, Bang. Fadil pamit ke mereka dulu." Hisyam membalas Fadil dengan anggukan kemudian Fadil berjalan menghampiri teman-temannya, berpamitan, dan berlari kecil menyusul Hisyam yang lebih dulu berjalan menuju mobil. Fadil menepuk pundak Hisyam. Seketika Hisyam pun menoleh.

"Bang, udah selesai." Fadil bernafas dengan terengap-engap. Ia berusaha menyejajarkan langkahnya dengan Hisyam.

"Oke. Ayo naik mobil langsung." Hisyam membuka kunci pintu mobil dan mereka masuk ke dalamnya.

Di perjalanan, Hisyam terkena macet. Akhirnya ia memutuskan untuk menanyakan perihal bagaimana bisa Fauzan mencintai Hannah sedalam itu.

"Oke, Dil. Jadi kamu yakin kalau Hannah adalah cinta pertama dan Fauzan mau si Hannah jadi cinta terakhir dia? Bagus banget prinsipnya. Abang pun sama sepertinya, ingin menjadikan wanita yang Abang cintai selain Ibu, menjadi wanita yang pertama dan terakhir." Hisyam tersenyum kecil seraya melihat jalanan.

Lailatul Qadar(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang