54. Menuju Bahagia

54 3 0
                                    

Assalamu'alaikum. Jangan lupa tinggalkan jejak biar author semangat update, ya! Follow juga ig author (rena16._) biar gak ketinggalan info update LQ. See ya!

Hannah melamun cukup lama hingga air dalam panci mendidih dan menyembur keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hannah melamun cukup lama hingga air dalam panci mendidih dan menyembur keluar. Mendengar suara air meletup, Hannah tersadar dan segera bangkit mematikan kompor. Ia melihat sekeliling dengan gugup. Setelah melihat tidak ada siapa pun, Hannah mengelus dada bernapas lega. Ia pun memindahkan gelas-gelas yang ia siapkan ke dekat kompor dan menuangkan air hangat ke dalam gelas satu per satu. Selesai mengisi, ia menyusunnya di nampan untuk disajikan. Ia pun pergi ke ruang tamu sembari membawa nampan.

Melihat Hannah membawa nampan, Fauzan ingin sekali membantu. Namun ia sadar, saat ini dia bukanlah siapa-siapa. Hannah membungkuk menyajikan gelas-gelas berisi teh manis hangat. Ananta memperhatikan gerak-gerik Hannah yang terlihat sopan. Ferdy pun demikian.

Winna baru selesai bersiap-siap. Ia keluar dari kamar dan menghampiri tamu.

"Assalamualaikum. Ini Mama-nya Hannah, ya? Kenalin, saya Ananta Widya Kusuma, ibu Fauzan." Ananta menggulurkan tangan untuk berjabatan. Winna dengan senang hati membalas uluran itu.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Maaf, ya, berantakan rumahnya. Ayo duduk dulu," ajak Winna.

"Udah santai aja. Kami ke sini sekalian silaturahmi, kok," ujar Ananta. Akhirnya, mereka duduk bersama dan sedikit mengobrol santai.

Selesai menyusun gelas-gelas dan merapikan meja, Hannah mengembalikan nampan dan kembali ke ruang tamu. Ia duduk bersebelahan dengan Winna.

"Kita langsung ke inti saja, ya? Tujuan kami kemari selain ingin bersaturahmi, saya ingin menyampaikan lamaran Fauzan kepada Hannah. Selanjutnya silakan Fauzan meneruskan." Ferdy menepuk pundak Fauzan.

Hannah menundukkan kepalanya. Winna pun berbicara, "Maaf, Fauzan. Sebenarnya apa yang membuatmu ingin memperistri Hannah? Bukankah ada banyak wanita di luar sana yang lebih darinya?"

Fauzan tertawa lembut. "Singkat cerita, saya pertama kali bertemu dengannya ketika acara Tablig Akbar. Ketika saya melihatnya, saya kagum pada kebijakan Hannah terhadap teman-temannya. Setelah acara selesai, saya mencari tahu tentangnya. Saya mengetahui karirnya, sifatnya, pemikirannya, dan tempat tinggalnya. Karena saya tahu dia tinggal di sini, saya meminta restu Allah melalui doa-doa di masjid yang sering Hannah datangi."

"Mungkin ada wanita yang lebih baik daripada Hannah, tetapi saya tak ingin ada yang menggantikan posisi wanita impian saya. Setiap sujud saya selalu ada doa untuknya." Fauzan menatap serius Winna dengan penuh keyakinan.

Winna, Ferdy, Ananta kagum dengan penuturan Fauzan. Hannah ingin sekali menangis saat ini setelah mendengar Fauzan berkata seperti itu. Dicintai setulus itu adalah impian setiap wanita. Beruntung dia mendapatkannya.

Lailatul Qadar(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang