50. Semoga

52 3 0
                                    

"Masa lalumu adalah awal dari keindahanmu di masa sekarang. Lantas, mengapa kau menyesalinya?"
Zaidul Hisyam

Mendengar berbagai macam penjelasan Laila di saat masa remaja, membuat Hisyam berpikir bahwa keputusannya adalah keputusan yang tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar berbagai macam penjelasan Laila di saat masa remaja, membuat Hisyam berpikir bahwa keputusannya adalah keputusan yang tepat. Ia berencana akan pergi menemui ayah Laila.

"Jadi, kalau misalnya Abang nikah sama Laila ... kamu setuju?" tanya Hisyam. Fadil terdiam tak mampu mengucap sepatah kata. Hisyam menunggu lama jawaban Fadil.

Hisyam menurunkan kedua alisnya kemudian beralih menatap Fadil. "Kok diem? Hei! Abang nanya."

Fadil tersadar kemudian menjawab, "Eh, iya, Bang."

Kemudian Fadil bangkit dari kursi sembari membawa berkas-berkas juga laptop di genggamannya.

"Bang, Fadil ijin ke kamar, ya. Assalamu'alaikum." Fadil pun berjalan pergi. Hisyam menatap punggungnya sambil menjawab salam.

Merasa tak ada lagi yang perlu dilakukan, Hisyam pun pindah ke kamarnya.

Sesampai di kamar, ia mendudukkan dirinya di ranjang, berpikir jernih mengenai perasaannya.

Hisyam pun pening. Ia mengusap-usap wajahnya berusaha menetralkan isi kepalanya. Ia pun menghembuskan nafas dan merebahkan dirinya lalu menutup matanya.

Fadil di kamar sedang overthinking terhadap kalimat yang dilontarkan oleh Hisyam.

Fadil mengacak-acak rambutnya lalu menghembuskan napas kasar. Ia pun duduk di kursi dan merebahkan kepala di lipatan tangannya. Berusaha untuk tenang dari rasa sesak.

Langit yang biru menyaksikan Aisyah yang kini sedang jalan pagi. Selama ia berjalan, ia terlihat bahagia dan selalu tersenyum. Mungkin orang lewat memperhatikan dirinya dan menganggapnya gila.

Aisyah merenggangkan otot tangannya ke atas. Kini ia berada di pinggir jalan raya yang sangat ramai kendaraan berlalu-lalang.

Aisyah menengok kanan-kiri untuk mencari cemilan. Aisyah pun berhenti pada gerobak bakso yang terletak di perempatan jalan. Ia membeli dua mangkuk bakso. Ia lapar sekali.

Sesaat sebelum ia duduk di kursi, ia melihat Hisyam bersama Fadil yang tengah bercanda. Aisyah melamun menatapnya.

Aisyah akhirnya sadar atas tindakannya. Ia mengenggam erat tangannya dan menundukkan kepalanya. Dalam hati, ia tersenyum.

Tak lama, Hisyam dan Fadil pun pergi ke dalam mobil yang terparkir di sebelah gerobak. Aisyah memperhatikan langkah mereka dengan kepala tertunduk dan wajah tersipu. Tiba-tiba, penjual bakso menegurnya.

"Permisi, Neng. Pesanannya udah jadi," ucap penjual. Aisyah tersentak kaget dan segera menoleh ke arah penjual bakso dengan gugup.

"E-eh, iya, Pak. Terima kasih," jawab Aisyah sembari menempelkan kedua tangannya.

Lailatul Qadar(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang