30. Romantika Masjid

99 23 46
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hannah memarkirkan motornya di pekarangan rumah kemudian masuk, mengucapkan salam kepada sang ibu yang menunggunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hannah memarkirkan motornya di pekarangan rumah kemudian masuk, mengucapkan salam kepada sang ibu yang menunggunya.

"Habis dari mana, Han? Kok rada lama pulangnya?" tanya ibunya penasaran.

"Habis dari masjid, Ma." Hannah memegang kantong bajunya. Ia memeriksa kembali agar surat-surat itu aman.

"Oalah. Kalau begitu, besok kita belanja, ya?"

"Boleh, Ma. Mau beli bahan makanan di mana?"

"Gampang. Mama mau belanja bareng Tante Adeera. Kamu ikut, 'kan? Dia juga ikut, kok."

Hannah menatap kosong ibunya dan memberikan senyum palsu. Ia tahu siapa yang dimaksud dengan "dia".

"Hmm .... Hannah ikut kalau gitu. Asal Mama bahagia." Air mata berlinang di pelupuk mata Hannah. Winna tak melihatnya karena saat ini ia sedang melihat layar ponselnya.

Hannah menundukkan kepalanya, kemudian membalikkan tubuhnya, dan mengalir air mata dari pipinya.

Aku harus kuat, batin Hannah berusaha menguatkan diri.

"Han, nanti kalau kamu nikah sama Hasan, bahagia, ya? Mama yakin dia orang baik." Winna tersenyum.

"Iya," jawab lirih Hannah. Perasaannya sakit, dadanya sesak, kemudian pikirannya kosong. Tak tahu ingin berkata apa lagi. Hanya bisa berharap takdir memihaknya.

Ponsel Hannah berdering. Laila meneleponnya.

"Ma, Hannah izin ke kamar, ya. Mau angkat telepon." Hannah menunjukkan layar ponselnya.

"Iya, silakan," balas Winna tersenyum.

Hannah mengangkat telepon Laila. Laila menceritakan kepada Hannah bahwa saat ini Zahra dan Saddam sedang dimakamkan. Fauzan dan Hasan menggali liang lahat saat ini. Laila juga mengatakan bahwa Zakiyya ingin berjalan-jalan ke taman yang biasa ia habiskan waktunya bersama Zahra di tempat itu. Hannah menyetujuinya.

"Kira-kira kapan ke tamannya? Aku ikut kalau begitu," kata Hannah.

"Terserah kamu. Aku bebas kapan aja."

Lailatul Qadar(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang