Update lagiii!
Siapa yg nungguin?
Nggak ada ya:(
______________________________________________________
Ting! Nong!
Adel menyengir lebar saat Bintang membuka pintu apartemennya, namun ia heran Bintang terlihat panik.
"Sayangggg, Moli aku hilangggg," panik Bintang dengan wajah frustasinya.
"Loh, sejak kapan Moli di apartemen?" tanya Adel.
"Semalam dianterin Mama," jawab Bintang.
"Aku bantuin cariin," ucap Adel laangsung masuk kedalam apartemen.
Mereka berdua mencari-cari ke tiap sudut ruangan, namun hasilnya nihil. Moli tidak ada di manapun.
"Kamu inget nggak, kalau kamu buka pintu depan? Kemungkinan Moli nyelinap kabur," Adel menatap Bintang yang sedang berpikir keras.
Bintang menepuk dahinya keras, "aku inget buka pintu pas nerima makanan dari Aldan, aku kedapur dulu buat nyalin tempatnya terus pintu nggak aku tutup lagi."
Adel meringis saat mendengar jawaban itu, ia menggaruk kepalanya yaang tak gatal. "Yaudah kita cari keluar!"
"Kalau Moli nggak bisa ditemuin gimana? Kalau dia diculik gimana? Kalau ... kalau ...,"
"Yakkk! Makanya cepat jangan banyak omong!" sentak Adel memutar bola matanya malas, Bintang terlalu bertele-tele.
Setelah Bintang memakai celana panjang, mereka langsung keluar kamar apartemen dan mencari di lantai tempat apartemen Bintang berada dahulu. Mereka bahkan rela menuruni ratusan anak tangga hanya sekadar mencari keberadaan Moli yang barangkali menyangkut di anak tangga.
"Mba, ada liat kucing bulunya abu putih nggak? Kucing saya hilang," tanya Adel pada resepsionis.
"Oh itu ada tadi lewat, dikira kucing liar jadi diusir," jawab Respsionis itu.
Bintang membelalak kaget, ia sedikit menyesal tak segera memasang kalung lagi pada Moli, "kalungnya Moli patah," kata Bintang seolah mengerti arti tatapan Adel.
Mereka mencari lagi.
"Oh my gosh!" Adel menutup mulutnya ketika melihat sesuatu.
"Sayanggg," panggil Adel pada Bintang.
Bintang dengan segera mendatangi Adel dan langsung terkejut bukan main.
"MOLIIIIIII!!!!"
***
Adel menepuk-nepuk pelan punggung Bintang yang bergetar, entah Adel harus bagaimana lagi menenangkan Bintang. Moli mati dan sepertinya tertabrak.
"Kamu sayang banget ya sama Moli?" tanya Adel menangkup wajah Bintang.
Bintang mengangguk.
"Lebih dari kamu sayang aku?" tanya Adel lagi.
"Itu sebelum kamu jadi pacar aku, sekarang mah aku lebih sayang kamu, tapi tetep aja aku nggak ikhlas Moli aku meninggal," jawab Bintang.
"Manis banget mulutnya, dahhh, sekarang kamu mau apa? Aku turutin," tanya Adel.
"Mau Moli hidup lagiiiii," rengek Bintang.
"Kamu jangan kayak Gavin dong, aku bukan tuhan yang bisa hidup matiin hewan, yang masuk akal sayanggg. Kamu jangan mancing buat aku ngomelin kamu ya," cerocos Adel.
Drrt. Drrt. Drrt.
Ponsel Bintang bergetar.
"Ada yang nelfon tuh," ucap Adel mencolek bahu Bintang.
"Kamu aja yang ngangkat," Bintang malaah merebahkan diri sambil memeluk bantal sofa.
"Adnan nih," ucap Adel lagi.
Adek mengangkatnya karena siapa tahu cukup penting.
"Bintang mana?" tanya Adnan.
"Lagi nangis karena Moli mati,"
"Moli? Matiii?! Kasihan, temen gue pasti berduka banget itu," Adnan tertawa puas diseberang sana.
"Cepet mau ngomong apaan?"
"Mumpung lo yang ngangkat, tolong lo bilang ama bokap lo untuk mengangkat lagi kasusnya Gavin, kita bongkar bareng-bareng kedoknya Delan. Gue udah nemu beberapa saksi dan bukti-buktinya, gue juga udah ngomong sama Gavin sendiri mengenai ini tapi dia diam aja pas gue suruh bilang bokapnya," ujar Adnan.
Adel terdiam mendengarnya, ia ingin sangat tahu sifat asli dari Delan, makanya ia menjawab, "oke nanti gue bilang bokap gue dulu, duhhh, udah dulu yaaa Bintang rewel nih,"
"Ya ya ya, urus noh bayi gede lu," Adnan langsung menutup panggilan itu.
"Cium akuuu," ucap Bintang.
Adel mengembuskan napas beratnya, ia lalu mengecup pelan bibir Bintang.
"Yang lamaaaaa!" pinta Bintang.
Adel menuruti, ia mencium Bintang dan melumat bibir itu dengan pelan. Bintang membalasnya dengan penuh gairah, Adel sampai susah menyeimbangi.
"Dasar nafsuan!" cibir Adel setelah lepas.
Bintang kali ini mengangkat tubuh Adel ke pangkuannya dan kembali mencumbunya dengan dalam.
***
"Iya, Pa. Temennya Bintang udah nemuin beberapa buktinya, dia juga punya saksinya," ujar Adel.
Sumpah ya, Adel serasa menyesal mendatangi Bintang ke apartemen. Lelaki itu sama sekali tak ingin melepasnya, seabis kejadian Moli meninggal, Bintang terus menempel padanya.
"Tolong dibuka lagi kasusnya dan bujuk Gavin juga buat angkat bicara soal kejadian sebenarnya," ucap Adel.
"Kamu pulang jangan ngebo sama Bintang mulu,"
"Iya nanti aku abis magrib pulang, Bintang lagi sedih kucing kesayangannya meninggal," ucap Adel.
Terdengar tawa diseberang sana.
"Cowok kamu itu punya kucing?"
"Iyaa, Pa, nih buktinya dari tadi nangis mulu sambil manggil-manggil nama kucingnya."
"Yaudah, jangan malam-malam ya pulangnya,"
"Iya, Pa,"
Binatng yang sedari tadi mendengar percakapan itu mendengus sebal, "bisa-bisanya kamu mempermaluin aku di depan Papa, maluuuu,"
Adel tertawa geli, ia mengecup bibir Bintang lagi. "Nggak apa-apa, hiburan."
"Ya tapi tetep aja," kekeh Bintang.
"Udah deh nggak usah ngerengek lagi, ayo ke dapur aku mau masak,"
To be continued
©️2023-12-12Updateeee lagiiii, setelah sekian bulan wkwk, just short, guys, tunggu dua minggu lagi aku terbeas dari beban realita dan mulai fokus nulis lagiiiiii🤧🤧
Jgn lupa vote ya bestie!
KAMU SEDANG MEMBACA
BAE ✔️
Teen FictionPacaran pura-pura? Itu semua salah Bintang, pokoknya salah Bintang! Adel sangat frustasi, kehidupan tenang yang ia idam-idamkan harus pupus karena lelaki bernama Bintang mengusiknya. "Adel ini pacar baru gue!" "Apa-apaan lo?" "Kita udah lebih dulu s...