Bae | 42

233 23 2
                                    

Update lagiiiii

Semoga sukaaa

Happy reading!

____________________________________________________

Bintang tidak lulus!

Setelah mendapat pesan dari Sang Papa, Bintang langsung diserbu untuk cepat-cepat pulang. Ia harus rela meninggalkan Adel yang tengah menangis sesenggukan di rumahnya.

"Bintang," Suara Papanya terdengar datar dan menusuk.

"Apa ini, bagaimana bisa kamu nggak lolos?" tanya Papa Malik dengan nada frustasi.

"Bintang juga nggak tau Pa, Bintang udah berusaha sebisa mungkin. Tapi itu aku kan udah bilang pilihan yang Papa rekomendasiin itu nggak masuk akal apalagi itu kampus dua-duanya nggak mau diduain, harusnya Papa dengerin tutor aku," ujar Bintang.

"Jadi, kamu nyalahin Papa? Papa malu kalau kamu nggak bisa masuk kampus top, lihat Aldan dan Kembar mereka berhasil. Untuk apa kamu belajar selama ini? Pacaran mulu kerjaannya," cibir Papa Malik dengan suara kerasnya.

Bintang yang sedari tadi menunduk lantas mendongak, "Papa ngga tahu betapa tertekannya aku yang menjadi harapan Papa ini, kalau aku bisa milih lebih baik aku nggak terlahir dari konglomerat ini!" balas Bintang tak kalah kerasnya.

Plak!

"JAGA UCAPAN KAMU BINTANG!" teriak Papa Malik dengan napas yang menggebu-gebu.

Bintang memegang pipinya yang terkena tamparan, ia sudah biasa menerima tamparan bahkan berkali-kali.

"Tampar lagi Pa tampar! Tampar sampai Papa puas!" Bintang beranjak berdiri seraya menatap marah Papa Malik.

Papa Malik memijat pangkal hidungnya dengan helaan napas kasar. "Duduk," perintahnya.

Perintahnya tak Bintang hiraukan, Bintang hanya diam menatap Sang Papa dengan mata memerah.

"Papa bilang duduk lagi sekarang juga! Kita belum selesai berbicara!"

Bintang menatap kearah lain seraya duduk dengan kasar.

"Kapan hasil nilai tes ini keluar?" tanya Papa Malik.

"Tiga hari lagi," jawab Bintang dengan ogah-ogahan.

"Papa nggak ngasih kamu pilihan lain selain berkuliah di luar negeri," putusnya seraya berjalan kembali ke meja kerjanya.

"Pa, masih ada jalur mandiri!" sanggah Bintang dengan suara keras.

"Nggak usah tanggung-tanggung daftar jalur mandiri, Papa nggak mau buang waktu. Kamu tinggal duduk tenang, belajar untuk Toefl dari sekarang, semuanya biar Papa urus," ujar Papa Malik.

"Pa, Bintang mohon kasih aku kesempatan daftar lewat jalur itu! Aku nggak mau ke luar negeri, tolonglah!" pinta Bintang dengan suara seraknya.

"Nggak ada lagi negosiasi, cukup sampai di sini, silakan kamu keluar."

"PAPA!"

"Nggak ada lagi yang kamu nego Bintang! Cukup sampai di sini dan persiapin diri kamu!"

Setelah itu Bintang beranjak keluar dari ruang kerja Papa Malik seraya membanting pintu itu dengan keras. Di ruang tengah, ia menemukan Maama Tiar yang menatapnya dengan cemas.

"Bintang, kompres dulu yuk pipi kamu," ajak Mama Tiar menatap cemas keadaan Sang Anak.

"Nggak perlu, Bintang mau pergi," Bintang menepis tangan Sang Mama.

"Kak Bintang kenapa? Jangan nangis dong, sini Keyra peluk," ucap Keyra dengan menatap Bintang polos.

Bintang menatap keponakannya itu dengan diam, wajah polosnya membuat Bintang sedikit tenang. "Kakak pergi dulu," pamit Bintang berlalu pergi.

BAE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang