Bae | 32

339 27 1
                                    

Hi, besties!

Aku update lg nihhh, suka nggak tiap hari gini?

Jam berapa kalian baca part inii???

Yuhuuuu,

HAPPY READING!!!

___________________________________________________

Adel benar-benar menyesal menuruti perintah Bintang semalam, cowok itu sama sekali tidak pulang ke rumah menurut Mama Tiar, tidak juga menjemputnya ke sekolah, bahkan tidak masuk sekolah.

Dirinya benar-benar khawatir dengan Bintang, Mama Tiar pun turut mencari keberadaan sang anak. Untuk Papa Malik sendiri sih, dia cukup santai karena ia berpikir Bintang akan kembali sendiri.

Sedari tadi Adel tak berhenti menelepon Bintang, ia sangat berharap Bintang menjawab salah satu panggilannya. Namun, ponsel lelaki itu seperti sengaja dimatikan.

Adel mendesah frustasi, ia benar-benar salah untuk kali ini karena berani berbohong pada Bintang. Ralat, tak sepenuhnya ia berbohong. Adel juga merutuki Papanya yang pada saat itu lebih memilih proyek sialannya.

"Bintang jawab dong," kesal Adel lalu membanting ponselnya ke atas meja.

"Astaga, apel tuh apel," ucap Gea melihat kelakuan Adel yang tak sayang ponsel mengingat ponsel itu cukup mahal.

Adel menelungkupkan wajahnya ke atas meja, ia menatap Gea malas. "Mau pulangggg," rengeknya.

Sebenarnya Adel ingin sekali menangis, tetapi ia tahan hal itu. Adel tak boleh cengeng hanya masalah salah paham ini.

"Bentar lagi juga bel pulang, sabar," ucap Gea sembari bermain game di ponselnya.

Dan benar saja tak lama dari itu bel pulang berbunyi nyaring. Adel langsung beranjak berdiri dan membereskan barang-barangnya. Setelah siap, ia langsung melangkah keluar kelas dan menuju ke depan.

Mata Adel berbinar melihat mobil yang sangat ia kenali memasuki gerbang sekolah dan akan berparkir. Adel langsung berlari dan menunggu Bintang.

"Bintanggg," panggil Adel memelas bahkan matanya berkaca-kaca. Bintang keluar dari mobil dan menatap Adel dengan datar.

"Masuk," ucap Bintang datar.

Adel bergedik ngeri mendengar suara Bintang, ia menurut untuk masuk kedalam mobil Bintang.

"Kenapa kamu nggak masuk?" tanya Adel.

"Sakit," jawab Bintang.

Adel langsung terkejut, ia menatap Bintang intens dari samping, bibir lelaki itu terlihat sedikit pucat. Adel jadi merasa bersalah, ini gara-gara dirinya.

"Kamu sakit apa?" tanya Adel memegang pipi Bintang.

Bintang memejam merasakan usapan lembut dari Adel, tetapi wajahnya masih fokus ke depan sama sekali tidak menoleh kearah Adel.

"Sakit hati," cetus Bintang.

Adel mengerti, Bintang memang tengah marah padanya. Ia menarik tangannya dari wajah Bintang.

"Maaf," gumam Adel sembari menundukkan kepalanya.

Sedari menempuh perjalanan mereka sama sekali tak berbicara, hening, Adel pun enggan memulai pembicaraan. Ia tak tahu Bintang mau membawanya kemana, tetapi seingat Adel arah ini menuju apartemen yang kemarin mereka kunjungi. Benar saja, Bintang membelokkannya ke apartemen.

"Turun, aku ada urusan mengenai pembelian apartemen," ucap Bintang lalu turun setelah mematikan mobil.

Adel menurut. Mereka menaiki lift dan menuju lantai 15. Adel menggigit bibir bawahnya, ia tak tahu harus bagaimana. Lift berdenting, Bintang keluar lebih dahulu dan Adel hanya mengintil.

BAE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang