Bae | 46

194 15 0
                                    

Hi, besties!

Update lagiii nih, jangan lupa vommentnya yaaaa!!!

Happy reading!!!!

______________________________________________________

Setelah dibujuk oleh Papa Hasan dan Adel, Gavin akhirnya membuka suara dengan menceritakan semuanya yang terjadi pada hari itu. Cerita Gavin didengar baik oleh Papa Hasan, Adel, dan Bintang.

"Yapp, sesuai dugaan aku, Om. Lebih baik kita bikin laporan lagi ke polisi atas penyalahgunaan itu yang lakuin Delan," ujar Bintang.

Papa Hasan mengangguk-angguk, ia sedang berpikir untuk mengambil keputusan selanjutnya.

"Om, nggak perlu takut kalah diperadilan nanti, semuanya udah ada bukti-bukti yang aku sama teman-teman aku kumpulin. Guntur juga bakal jadi saksinya," ujar Bintang lagi.

"Gimana caranya kamu bisa dapetin semua itu?" tanya Papa Hasan memandang penasaran kearah Bintang. Diikuti Adel dan Gavin yang juga menatap penasaran.

"Semua itu didapetin oleh Adnan, Om. Dia emang tahu informasi banyak hal kalau soal kasus-kasus di geng-geng gitu," jawab Bintang.

Mereka bertiga mengangguk paham.

"Yaudah kalau gitu tunggu apa lagi? Sana Papa ke kantor polisi," ucap Adel menyuruh Papanya sendiri untuk pergi.

"Bintang, kamu temanin saya ke kantor polisi dan hubungi teman kamu si Adnan itu," kata Papa Hasan.

Bintang mengangguk, ia mengikuti Papa Hasan dari belakang sebelum itu berpamitan pada Adel.

"Kok bisa lo kenal ampe pacaran ama Bintang, si anak konglomerat itu?" tanya Gavin setelah melijat keduanya pergi jauh.

"Panjang ceritanya, itu dimulai dia yang tiba-tiba ngakuin gue pacarnya di depan mantannya dia yang namanya Sabrinna itu, trus kelanjutan dan ujungnya saling punya perasaan deh, itu kalau mau singkatnya," ujar Adel sembari memakan buah apelnya.

"Heh! Itu apel buat gue ngapain lo makan anjir! Celamit lo!" omel Gavin merebut piring buahnya.

"Pelit lo, orang pelit kuburannya sempit! Emang orang ya nggak pelit tuh Bintang doang," ucap Adel sembari bersiul membanggakan pacarnya.

"Itu karena dia pacar lo dodol," Gavin menatap kesal Adel.

Gavin mendengus kesal melihat Kakaknya itu tak lagi meladeninya dan malah lebih memilih mengobrol dengan ponsel, iya, dia memang tahu bahwa Adel bekerja sampingan menjadi selebgram.

"Lo jadi selebgram udah mau dua tahunan, masa iya duit lo nggak banyak-banyak sih, beliin gue motor dong," ucap Gavin dengan entengnya.

Adel langsung menoleh dengan tatapan tajamnya, "mikir pake otak, gue belum sekaya itu buat beliin lo motor anjir. Gue aja lagi terpesona banget ama mobil mini cooper," ucap Adel.

"Yaudah kalau lo udah sukses beliin ya,"

"Bicit!"

Disambut tawa oleh Gavin.

Di lain tempat ....

Sampainya Papa Hasan dan Bintang di kantor polisi, tak lupa Adnan juga datang. Mereka langsung berbicara maksuud jedatangan dan meminta kasus mengenai kecelakaan motor Gavin dibuka kembali dan menuntut untuk dibahas sampai akarnya, itu bukan hanya kecelakaan biasa.

Adnan menjelaskan semuanya secara detail serta melampirkan berbagai bukti-bukti yang sudah terkumpul, tak lama dari itu Guntur juga datang dan bersedia menjadi saksi.

Polisi akhirnya setuju untuk membuka kembali, hanya saja harus menunggu surat penangkapan atas nama Delan dari atasan terlebih dahulu. Surat itu akan turun secepatnya. Mereka bertiga hanya mengangguk dan mempercayakan semuanya, meski sedikit kecewa tidak bisa diproses secepat mungkin.

"Gua pikir itu anak baik-baik, ternyata benar-benar ya aslinya, bejat!" sungut Guntur.

"Ya gitulah jangan percaya ama covernya doang," ucap Adnan. "Gua pulang duluan, Bro. Ada urusan lain." Lanjutnya.

Adnan berhenti sejenak lalu menatap Bintang, "oh iya, Tang. Lo jadi kuliah di luar negeri? Anjir yaaa gegara lo, Papa gua ngerecokin gua ama Afkan juga, nanyain nggak ada minat kuliah di luar? Capek anjing, masuk kampus sini aja udah susah amat!" umpat Adnan.

"Ikut gualah yuk, tolak aja itunya wkwk," ucap Bintang. "Om, saya pulang duluan udah ditelfon Mama," pamit Bintang pada Papa Hasan dan dijawab anggukan.

"Ngga segampang lo ngomong, sayang aja gua udah susah-susah belajar keterima eh gua tolak karena pengen ikut ke luar negeri, tapi boleh juga sih," ujar Adnan.

"Temenin gua makanya kalau lo mau ngerasain negara orang," ucap Bintang, "gua duluan, Nan, sampai jumpa."

Bintang melajukan mobilnya menjauh.

***

Bintang menginjakkan kaki di rumah kedua orangtua setelah hampir lama mempersiapkan diri untuk kembali ke rumahnya orangtuanya ini. Bintang datang bersamaan dengan mobil Papanya yang baru tiba dan Bintang bisa melihat Papanya keluar.

"Bagus kamu pulang, ikut Papa, ada yang ingin Papa bicarakan," ucap Papa Malik.

Bintang mengangguk, ia mengikuti di belakang. Mama Tiar menyambut mereka dan tersenyum senang melihat Bintang juga pulang.

"Mama rasanya mau jewer kamuuuu! Bagus yaaa baru pulang!" kesal Mama Tiar yang langsung memeluk Bintang, sungguh berbanding terbalik dengan perkataannya.

"Maafin aku, Ma," Bintang membalas pelukan sang Mama.

"Bintang?!" panggil Papa Malik yang sudah akan memasuki ruang kerjanya.

"Yakkk, Malik! Anakku baru pulang jangan mulai deh!" Mama Tiar berujar kesal pada suaminya itu sembari melepas pelukannya dengan Bintang. Tak habis pikir dengan suaminya itu.

"Nggak, Ma. Aku dateng emang untuk ini," ucap Bintang.

Mama Tiar mengembuskan napasnya, lalu ia mengangguk. Sama sekali tak protes lagi.

"Abis itu makan di sini, kamu jadi kurusan kayak gini," ucap Mama Tiar sembari berlalu kearah dapur.

"Iya," balas Bintang lalu melangkah menuju ruangan kerja sang Papa.

"Papa udah nyiapin semuanya Bintang dan sudah announce juga kalau kamu diterima coba kamu cek email, kamu bisa berangkat satu bulan lagi. Kamu ikut Papa lusa, kita akan kesana untuk mengecek tempat tinggal kamu," ujar Papa Malik  to the point.

Bintang bukannya tak tahu, ia benar-benar tahu. Bintang sudaah melihat email penerimaan itu. Rupanya Papanya itu telah mendaftarkannya beberapa bulan lalu sebelum tes tulis kampus indonesia dimulai, tanpa sepengetahuan Bintang.

"Benar-benar aku ngga bisa swasta di sini aja ya? Emang seburuk itu?"

"Kalau kamu mau punya kualitas diri, bukan cari di sini. Papa fine-fine aja jika kamu di sini, tapi apa kata saudara kita dan rekan Papa lainnya. Inget Oma kamu juga turut andil, Papa sama Mama yang kewalahan menghadapinya, kamu ingatkan kita bukan dari keluarga sembarangan?" Papa Malik kali ini menjelaskan dengan nada lembutnya.

"Kalau kamu ingin sama Adel, buat diri kamu pantas dulu! Dan dari yang Papa lihat Adel bakal cukup ngertiin posisi kamu sekarang," lanjutnya.

Salah! Salah besar! Bintang bahkan masih ingat bagaimana tersedunya Adel ketika mengetahui Bintang akan di pergi ke luar negeri.

Kalau seperti ini memang pada akhirnya ia harus berpamitan pada Adel.

To be continued
©️2024-02-04

Setelah kesibukan direalita yg bener-bener melanda sampai ngga punya mood buat nulis, eh udah libur pun tetep mood nulisnya ngga balik-balik. Aku coba paksain buat nulis eh nggak tau ya udah nulis berapa part.

So, tungguin besok bakal update lagi, probably.

Saranghae dari Bintang🤍

BAE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang