Bae | 31

327 24 17
                                    

Hi, besties!!

Update lagi yuhuuuu

Jam berapa kalian baca part ini?

Absen dong asalnya darj mana ajaa kalian?

HAPPY READING!!!

_________________________________________________________

Sesuai janji Adel mengunjungi adiknya di hari minggu, ia menatap sang adik dengan iba. Rasa bersalah itu mulai muncul kembali tatkala melihat wajah yang dulunya berisi semakin kurus.

Gavin Aganio Reffardo, Gavin mengalami kecelakaan tabrak truk hingga membuat lelaki itu terpental jauh. Saat dibawa ke rumah sakit, Gavin berhasil selamat meski ia mengalami koma, setidaknya memiliki peluang untuk bisa hidup.

Adel memejamkan matanya, kecelakaan itu terjadi karena Gavin akan menjemput dirinya yang sedang berada di salah satu restoran, ia ditinggal oleh Yara karena temannnya itu memiliki urusan mendadak pada saat itu.

Andai ia tak meminta Gavin untuk menjemput dirinya, mungkin ia masih bisa melihat riang adiknya. Sayangnya sudah kejadian seperti ini.

Adel dan Gavin hanya terpaut umur satu tahun. Akan tetapi, orangtua mereka memasukan kedua anaknya ke sekolah di tahun yang sama. Jadi, Ya Gavin seangkatan dengan Adel.

"Vin, lo harus cepet sadar dong," ucap Adel memegang erat tangan Gavin.

Adel tahu bahwa kemungkinan Gavin sadar itu kecil. Akan tetapi, apakah tuhan akan begitu jahatnya mencabut nyawa seseorang yang masih ingin bertahan?

"Maafin gue," Adel menangis.

Selalu menyalahkan dirinya, hanya itu yang bisa Adel lakukan. "Lo cepet sadar, gue kesepian," ucapnya lagi.

"Mama sama Papa benar-benar cerai walaupun keadaan lo kayak gini, mereka tetep pada pilihan mereka untuk berpisah," ujar Adel terisak pelan.

Adel menumpukan kepalanya di dekat Gavin, tangannya mengusap pelan tangan yang semakin kurus itu.

"Gue sedih jelas, jadi lo harus cepet sadar buat temenin gue yang kesepian di rumah," ujar Adel lagi.

"Eh nggak deh, gue nggak kesepian. Lo harus tahu satu hal yang udah lo lewatin Gavin, gue udah punya pacar dan malam minggu nggak mendekam dalam kamar mulu, pacar gue namanya Bintang, nanti gue kenalin ke lo."

Adel terdiam beberapa saat.

"Gue punya temen namanya Gea, dia baik banget sama gue. Pokoknya di sekolah baru gue sekarang, gue punya banyak temen juga, tapi sepi nggak ada lo, Gav," ujar Adel lagi.

Namun, sama sekali tidak mendapat respons apa-apa dari Gavin. Dokter bilang jika terus diajak komunikasi kemungkinan pasien akan mengalami kemajuan meskipun kecil, seperti munculnya tanda-tanda siuman.

Adel beranjak dari duduknya, ia keluar dari ruangan Gavin. Lantas langsung terkejut melihat Delan di sini.

"Papa gue mana?" tanya Adel.

"Papa lo tadi ditelfon katanya ada proyek yang bermasalah, dia nyuruh gue beritahu itu ke lo," jawab Delan.

Adel mengangguk lalu ia duduk di kursi yang ada.

"Gue mau masuk dulu, lo kalau mau pulang tungguin gue biar diantar sampe rumah," ucap Delan lalu melangkah masuk kedalam ruangan Gavin.

Ya, Gavin dan Delan berteman cukup baik.

Setelah menunggu beberapa menit, Delan keluar dengan mata memerah. Adel paham itu. Mereka berdua lantas pergi meninggalkan ruangan Gavin yang dijaga oleh orang suruhan Papanya.

BAE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang