Bae | 6

641 62 17
                                    

Hai, Besties!

Kembali lagi dengan Bintang, huhu, kalian nunggu?

Jam berapa kalin baca part ini?

Jangan lupa like n comment!

HAPPY READING!!!
_____________________________________

"Bintang," panggil Adel.

"Iya?"

Bintang menoleh sekilas kearah Adel lalu kembali fokus menyetir. "Kenapa?"

"Gue mau kita berhenti bohongin semua orang, cukup sampai sini aja, gue nggak mau terlalu jauh terutama nyokap lo yang udah tau gue," ucap Adel sembari menatap Bintang dengan serius.

"Lo nggak suka jadi pacar gue? Banyak lho cewek di luar sana yang antri kepengen jadi pacar gue, harusnya lo seneng," balas Bintang.

Balasan Bintang membuat Adel melongo, ia bergumam kesal dan mencubit pinggang Bintang dengan keras membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Sakit, Adel!"

"Apa lo pikir gue suka jadi pacar lo? Gue bukan salah satu cewek yang antri buat jadi pacar lo, jadi nggak usah mimpi. Gue nggak mau ini terlalu jauh sampe-sampe gue jadi kenal ama nyokap lo, apa lo nggak ngerti juga hubungan pura-pura ini bikin gue stress!" teriak Adel dengan napas yang memburu.

"Pacaran sama gue nggak perlu dibikin stress, Adel. Gue juga nggak terlalu membatasi ruang gerak lo kan? Gue mohon tahan untuk beberapa bulan kedepan, sebentar lagi."

"Bin!"

"Udah sampe sesuai arahan lo dan ini rumah lo kan?" tanya Bintang sembari melihat rumah sederhana di depannya ini.

"Bintang! Gue belum selesai ngomong, dengerin gue dulu!"

Bintang menguap dengan sengaja. "Cepetan turun, gue udah ngantuk. Noh, kucing kesayangan gue juga udah tidur," ucapnya.

"Bin! Dengerin gue selesai ngomong dulu!"

"Ssst, ngomongnya besok aja, ini udah malem. Sekarang lo turun, noh lo nggak lihat Papa lo udah nungguin lo daritadi," ucap Bintang membuat Adel menoleh kearah teras rumah dan benar saja Sang Papa sudah menunggunya.

Adel mengembuskan napasnya kasar. "Oke! Gue turun!"

Bintang mencegatnya dengan meraih tangan kanan Adel membuat sang empu menatap Bintang heran.

"Gue mau ini mengalir gitu aja, jangan paksa gue buat mengakhiri hubungan pura-pura ini karena selain menjaga harga diri di depan mantan gue, kayaknya gue bakal punya perasaan sama lo."

Adel mematung mendengar ucapan Bintang, ia menatap Bintang dengan serius. Bintang tersenyum melihat respons Adel, ia melepaskan tangan Adel dan menutup pintu mobil dengan pelan.

"Gue pulang," Dan mobil Bintang melaju cepat meninggalkan pelataran rumah Adel.

"Kayaknya gue harus bersihin telinga gue," gumam Adel sembari memegang telinganya.

***

"Bintang nanti ajak dong pacar kamu kesini, kenalin juga sama Papa,"

Baru saja Bintang memasuki rumah dan langsung disambut dengan ucapan itu.

"Iya nanti Bintang kenalin, Bintang keatas dulu ya," ucap Bintang sedari tadi ia juga membawa Moli yang sudah tertidur nyenyak di gendongannya.

Sesampainya di kamar, Bintang langsung menaruh Moli di atas sofa dan ia sendiri masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di bawah shower Bintang melamun memikirkan ucapannya tadi di depan Adel, ia menghela napas sebentar sebelum menyibak rambutnya yang basah.

"Cara gue pedekate sama lo emang salah tapi serius deh gue kayaknya gue mulai suka sama lo, Del," gumam Bintang.

Selesai mandi Bintang duduk di kursi yang tersedia balkon kamar, ia mendengus sebal menatap sahabatnya yang di seberang sedang senyum-senyum sendiri sembari berteleponan. Sudah ia tebak, Aldan pasti sedang berteleponan dengan sang pacar.

Bintang menatap gambar Adel di dalam ponselnya sembari tersenyum kecil, ia juga melihat-lihat foto Adel di instagram dan kebanyakan memang mengenai endorse yang ia dapatkan.

"Cantik," gumam Bintang.

***

Adel sedari tadi berguling-guling tidak jelas di atas ranjang, ia memikirkan perkataan Bintang tadi. Ia bangkit dari rebahannya dan memukul-mukul bantal.

"Sialan Bintang bikin gue nggak bisa tidur aja," umpat Adel lalu membanting dirinya kembali keatas kasur.

Ting!

Adel segera melihat ponselnya dan ia melotot mendapat pesan dari Bintang.

Bintang : selamat malam adel semoga mimpi indah

Adel menjerit kesal menatap pesan dari Bintang itu. Ponsel kesayangannya pun ia banting ke atas ranjang. Adel mengacak rambutnya frustasi, oknum bernama Bintang membuatnya stres.

Sebab tak bisa tidur, Adel membuka laptopnya lebih memilih menonton drama yang belum sempat ia tonton.

Ting!

Ponselnya kembali berbunyi, Adel melirik dan kali ini ia terdiam cukup lama.

Mama :
Mama udh kirim undangan dan gaun ke rumah baru kamu, mama harap kamu datang ke pernikahan mama

Adel mengembuskan napasnya kasar, ia lalu mengetik balasan singkat untuk sang Mama.

Me :
Iya

Tiba-tiba tidak mood untuk menonton Adel langsung menutup laptopnya. Ia tidur terlentang dan terdiam memikirkan nasib keluarganya yang sudah tidak utuh seperti semula lagi. Tanpa sadar air matanya keluar begitu saja.

Tok. Tok. Tok.

"Kak, Papa masuk ya?"

Adel langsung menghapus air matanya, ia berpura-pura tidur sembari memeluk guling.

"Hmm? Kenapa Pa? Adel dah mau bobo nih," ucap Adel dengan suara yang dibuat-buat seperti bangun tidur padahal suaranya terdengar jelas sehabis menangis.

"Kamu tau—"

"Apa? Soal Mama? Adel udah tau," sahut Adel.

"Lho kok soal Mama sih? Kamu tau Papa kaget ya Adel ngelihat kamu pulang-pulang dianterin cowok," ucap Papa.

Mata Adel langsung terbuka lebar, ia bangun dari tidur palsunya dan menatap sang Papa dengan cengiran lebar.

"Dia cuma nganterin aku doang karena kasihan udah kemaleman," ujar Adel.

Papa bersedekap dada, ia menatap geli sang anak. "Oh ya? Perasaan tadi sore kamu berangkat sama Gea trus Papa telfon dia dan katanya kamu emang bakal dianterin pulang sama pacar kamu."

Apalagi ini?

Adel benar-benar frustasi dan bingung sembari menatap sang Papa, harus darimana dulu ia menjelaskan semuanya.

Udah kepalang keciduk akhirnya Adel menjelaskan semuanya kepada sang Papa dan sepanjang cerita Papa tertawa dengan yang ia ceritakan.

Bintang benar-benar membuatnya pusing.

To be continued

Yuhuuuu, next lagiii

©️2022-16-11

BAE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang