Sheza Alexio, merupakan gadis yang nyaris sempurna. Semua orang heran mengapa gadis yang hidup dengan penuh kehangatan sepertinya harus menjadi sosok perundung yang kasar dan begitu arogan.
Namun, bukankah orang-orang hanya menilai dari yang terliha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🦋🦋🦋
Selesai dengan aktivitas sarapan, kami pergi ke sekolah. Ryan diantar Papa, sedangkan aku dan Sean menumpang mobil Alvian. Sean duduk di samping kemudi, aku dan Sandra duduk belakang.
"PR kamu udah, She?" tanya gadis berkacamata itu.
Aku menoleh sesaat dengan senyum seadanya tanpa menjawab. Mana mungkin dia tidak tahu aku, jelas belum lah.
"Sampe sekolah aku kerjain, ya?" lanjut Sandra malah menawarkan diri.
Dia ini bodoh atau bagaimana, sih? Masih untung aku tidak merundungnya lagi, tapi malah dia sendiri yang mengajukan diri ingin diperlakukan layaknya pesuruh.
"Seseorang tidak akan pernah maju jika terus mengandalkan orang lain," sahut Alvian sudah kembali ke setting awal dengan bahasa sok formalnya.
"Siapa yang ngandelin orang?!" sangkalku.
"Sheza, sopan sama yang tua!" tegur Sean. "Bener kata Bang Alvian, mulai sekarang lo harus berusaha sendiri terutama buat ngerjain PR."
"Tapi Sheza gak nyuruh Sandra, Bang!"
"Enggak, kok, Sean, Om, Sheza gak nyuruh aku. Aku yang nawarin diri karena sekarang kita temenan," jelas Sandra.
"Tuh 'kan kalian denger?"
"Tolong bedakan antara pertemanan dan perbudakan."
Sandra diam saja seperti sedang mencerna ucapan Alvian.
Memasuki lingkungan sekolah, Alvian menghentikan mobilnya di parkiran. Kami berpisah di sana. Sean ke kelasnya, lalu aku dan Sandra juga menuju kelas kami. Entahlah dengan Alvian, cowok itu tetap tinggal lantaran hendak memeriksa mesin mobil katanya.
Aku berhenti, kontan Sandra ikut menjeda langkah.
"Kenapa, She?"
"Anu ... lipstik gue ketinggalan di mobil, lo duluan aja ke kelas."
"Mau aku temenin ke mobil lagi gak?"
"Gausah, thanks," tolakku langsung berbalik arah menuju parkiran lagi.
Aku lihat di sana Alvian sudah selesai dengan kegiatan mengotak-atik kendaraannya. Berdiri di belakang Alvian saat dia menutup kap mobil, cowok itu terlonjak kaget begitu menghadap belakang dan melihat keberadaanku.
Mengunci pergerakan Alvian dengan mengurung pinggang cowok itu menggunakan kedua tangan, aku berhasil membuatnya tertegun.