08 : Dua Karakter
“Semua orang memiliki topeng di wajah asli mereka, tapi topengmu terlalu dominan sampai aku ragu siapa dirimu."
— Sheza —
🦋🦋🦋
Menuruni anak tangga dengan langkah setengah lari, aku turun ke bawah berniat ke dapur untuk mengambil minum. Berhadapan dengan Alvian membuatku haus.
Ternyata di sana sudah ada Sandra tampak sedang meneguk air di dalam gelas. Jalan mengendap, dengan jahil aku menepuk kedua pundak gadis berkaca mata memakai baju tidur merah muda gambar Hello Kitty itu.
Tertawa puas, sejenak kekehanku memudar saat sadar jika ulahku membuat Sandra tersedak sampai batuk-batuk.
"Sorry, sorry!" seruku panik segera membantunya dengan menepuk lembut punggung gadis itu.
Masih batuk-batuk, Sandra mengangkat satu tangan sambil terangguk-angguk seolah memberi tahuku bahwa dia baik-baik saja.
"Minum lagi, gih," suruhku.
Sandra menurut lalu menatapku dengan senyum manis. Sepertinya gadis ini memang diciptakan tanpa emosi. Jika aku jadi Sandra, mungkin sekarang aku sudah menghajar orang yang telah membuatku tersedak secara habis-habisan.
Untung saja Sandra sangat sabar.
"Gapapa kok, She ... kamu mau minum juga ke dapur tengah malem?"
"Mau ambil minum, air di kamar gue abis."
Aku melintasi Sandra, membuka kulkas dan mengambil botol tupperware ukuran 500 mililiter dari dalamnya.
"Kalo gitu aku duluan ke kamar, ya, She?" pamit Sandra.
"Eh ... tunggu, San!" Aku menahannya.
Dia mengurungkan niat meninggalkan dapur, fokusnya kembali tertuju padaku yang segera lari ke mendekatinya.
"Menurut lo Alvian itu kayak gimana, sih?"
"Om Alvian?" tanya Sandra seperti memastikan seraya membenarkan kacamata yang mulai turun.
"Iya, Om lo itu."
"Kenapa tiba-tiba nanyain Om Alvian?"
Aku berdecak kasar sembari memutar bola mata sebal. "Tinggal jawab pake banyak tanya. Gue bukan mau interview tau!"
"Eh, a-anu ...."
Seketika Sandra gugup. Hampir saja jiwa emosianku keluar. Atau memang sudah keluar, ya?
"Om Alvian itu keren. Dia emang sedikit kaku sama orang lain, tapi dia Om paling baik sedunia bagi aku."
"Contohnya?"
"Ajarin aku banyak hal, temenin aku ke mana pun, dan lindungin aku dari anak nakal."
"Kayak gue maksudnya?"
"Gak gitu maksud aku, She ... aduh, aku salah ngomong, ya?"
"Never mind. Ada contoh lain sampe lo sebangga itu punya Alvian?"
Sandra tampak berpikir sejenak. "Dari kecil kita selalu bardua. Sampai ada satu waktu Om Alvian lulus SD yang artinya kita akan beda sekolah, tapi Om Alvian sengaja tinggal kelas supaya bisa terus jagain aku. Di tahun berikutnya dia mau ngelakuin hal yang sama, tapi kali itu gaboleh sama Papa, jadi meski umur kita terpaut dua tahun, kita cuma beda satu angkatan di tingkat sekolah."
"Ohh ... jadi pernah gak naik kelas? Harusnya sekarang dia udah lulus dong? Pantes udah kayak Om-Om."
Sandra terkikik lucu. "Kan emang Om aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEZA
Teen FictionSheza Alexio, merupakan gadis yang nyaris sempurna. Semua orang heran mengapa gadis yang hidup dengan penuh kehangatan sepertinya harus menjadi sosok perundung yang kasar dan begitu arogan. Namun, bukankah orang-orang hanya menilai dari yang terliha...