SHEZA | 06

53.7K 2.2K 109
                                    

06 : Penyusup

06 : Penyusup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Tidak kusangka, hal yang selama ini membuatku merasa tersisihkan rupanya hanya salah paham yang telah aku ciptakan sendiri. Kini, malam ini, semua sudah selesai. Berakhir sudah fikiran buruk yang selama ini menggerogoti hati dan isi kepalaku.

Merayakan hari ulang tahun yang sempat tertunda, aku dan Sean tiup lilin bersama dan saling meminta maaf satu sama lain atas keributan yang sudah terjadi.

Aku memberikan suapan kue pertama pada Bunda, Papa, Sean, kemudian Sandra. Urutan yang sama juga dilakukan oleh Sean. Jangan tanyakan di mana keberadaan Ryan, kerbau kecil itu kalau sudah tidur tidak akan bangun sebelum datang pagi, tak perduli mau ada tsunami atau gempa sekali pun.

Selesai dengan aktivitas merayakan ulang tahun, kami kembali ke kamar masing-masing.

"Papa," panggilku lembut sebelum kami berpisah di dekat anak tangga.

Lelaki memakai baju piyama yang serasi dengan milik Bunda itu menoleh.

"Tiga bulan banget, nih?" tanyaku memelas, mencoba untuk bernegoisasi dengannya.

Papa hanya menghela napas sambil geleng-geleng kepala. "Gak ada tawar menawar. Tidur sekarang!"

Kalau nada bicaranya sudah seperti itu, siapa yang berani membantah? Daripada hukuman semakin berat, segera aku masuk kamar. Tidak lupa membersihkan diri sebelum mengistirahatkan tubuh.

Sembari menghapus make-up, tanpa sadar sebuah senyuman tersungging di bibirku. Tiba-tiba saja aku mengingat kejadian di Sirkuit tadi. Tidak bohong, Alvian memang sangat keren. Berbeda jauh dengan penampilannya yang kerap aku jumpai di sekolah.

"Kalo dapetin Om Alvaro mustahil, Alvian oke juga," gumamku berbicara sendiri. "Julian, gue udah nemuin lawan lo yang sepadan."

***

Bau alkohol tercium cukup menyengat, sayangnya aku masih mengantuk berat untuk sekedar mencari sumber aroma. Mataku seakan tidak mau dibuka.

Aku berguling ke samping, memeluk gulingku yang tidak seperti biasanya. Kenapa gulingku jadi lebih besar dan sangat kokoh? Ini posisi ternyaman selama aku mulai tidur sendiri setelah remaja.

Tunggu dulu.

Aku pernah merasakan kenyamanan ini sewaktu kecil. Benar! Setelah diingat-ingat posisi seperti ini pernah aku rasakan saat sedang tidur sambil memeluk tubuh Papa.

Perlahan-lahan aku membuka mata karena penasaran. Sontak tubuhku membatu dengan mata refleks melebar.

Sesosok Alvian berbaring di tempat tidurku dalam posisi miring menghadapku dengan pandangan lekat menatapku.

SHEZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang