Sheza Alexio, merupakan gadis yang nyaris sempurna. Semua orang heran mengapa gadis yang hidup dengan penuh kehangatan sepertinya harus menjadi sosok perundung yang kasar dan begitu arogan.
Namun, bukankah orang-orang hanya menilai dari yang terliha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🦋🦋🦋
Aku menghela napas lewat mulut, kemudian Freya menarikku mundur agar tidak terlalu dekat dengan ring.
Julian kembali berdiri tegap, memutar pundak meregangkan otot. Dua cowok di atas ring sana saling melempar tatapan tajam. Pertarungan kembali dimulai.
Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Alvian tampak lebih agresif dan sangat terobsesi mengalahkan Julian. Aku menggigit kuku ibu jari saat menyadari Julian mampu menghindari bahkan membalas dengan tepat tinjuan Alvian, cowok itu sangat santai dan percaya diri seperti sudah bisa membaca serangan Alvian.
Keadaan berbalik, Julian melancarkan tinjuan di beberapa titik tubuh Alvian. Begitu pukulan terakhir berhasil mendarat di batang hidung Alvian dengan kencang, seketika Alvian ambruk terbaring di atas ring dengan wajah berdarah-darah. Aku tidak bisa melihat dengan jelas bagian mana yang terluka karena belasan orang langsung naik untuk menghentikan pertandingan.
Tapi sepertinya darah itu berasal dari hidung Alvian yang mimisan akibat pukulan keras dari Julian.
"YEAH, I'M WINNER!" teriak Julian dengan napas memburu, tubuhnya digotong anggota Black Lion dengan gembira.
Alvian langsung dibawa turun dari ring dengan dibantu Maxime dan anggota Dead Star lainnya.
"Andai tadi lo gak maksain diri, lo udah menang, tolol!" cibir Max saat melintas di sampingku.
Aku berbalik badan mengamati kepergian Alvian. Namun sesaat kemudian, Laura datang menyerobot posisi Maxime ikut memapah Alvian dengan raut khawatir, seketika itu aku berdecak kembali fokus ke depan melihat kemenangan Julian yang sedang dirayakan.
"Where is Inka?" tanyaku pada Echa.
"Di luar, She, lagi ngangkat telepon. Kenapa?"
Aku berjalan keluar untuk mencari Inka. Boxing sudah selesai, dan aku mau pulang.
"Sheza!" panggil suara berat refleks aku menoleh.
Julian lari kecil menghampiriku. "Where are you going?"
"Back to home."
"Gue anter."
"Gausah."
"I'm not asking you for permission, babe," sahut Julian membuatku mengernyitkan dahi. "Wait a minute."
Alvarez dan Melviano bergegas mendekat, memakaikan baju Julian kembali sudah seperti tuan muda dan dua ajudannya, setelahnya cowok itu menggandengku keluar. Saat arah ke parkiran, aku berpapasan dengan Alvian yang tengah duduk di brankar hendak dimasukkan ke dalam mobil ambulan.
Tangan Alvian tak melepas gandengannya dari Laura, gadis itu juga ikut masuk ke dalam mobil menemani Alvian. Sebelum pintu ditutup aku sempat melihat Alvian mencium tangan Laura dengan romantis.