48 : Claudia Cafe
“Untuk kesekian kalinya aku jatuh di tempat yang sama.”
— Sheza —
🦋🦋🦋
Mataku menelisik ke sepenjuru kantin, menyisir satu persatu tiap meja mencari keberadaan pacarku. Punggung lebar yang sangat kukenali terlihat duduk di ujung sana. Senyumku merekah.
Mendatangi Alvian, tanpa menyapanya aku langsung menutup mata cowok itu dari belakang. Sempat memergik, Alvian tertawa kecil memegang tanganku.
"Sheza?" tebaknya.
Menurunkan tanganku dari matanya, dia menoleh ke belakang, kemudian menuntunku agar duduk di dekatnya.
"Punya PR?"
"Iya, tapi udah selesai," jawabku.
"Tumben?"
"Ngeremehin?" Aku bersedekap dada sambil manyun.
"No, no, i'm so sorry, babe."
Tidak bisa dipungkiri, selama beberapa bulan terakhir, tepatnya setelah kita balikan, Alvian selalu membantuku dalam mengerjakan PR. Tidak jarang pula malah dia yang mengerjakan PR-ku secara keseluruhan.
"I give a shit, that's really rude!" Aku masih pura-pura ngambek.
"Iya, deh, salah ngomong. Siap, salah!"
Tertawa kecil, lalu aku memeluk lengan Alvian dengan manja.
"Mau makan apa? Biar aku pesenin," tawar Alvian.
"Sama kayak kamu."
"Yaudah tapi lepasin dulu, dong."
Aku berdecak. "Nyuruh orang aja."
"Santi!" teriakku memanggil salah seorang adik kelas.
"I-iya, Kak?" Gadis itu buru-buru mendekat.
"Gajadi, udah sana," sahut Alvian, lantas gadis yang telah kupanggil Santi tadi menurut pergi.
Aku menatap Alvian dengan kening mengerut, lalu cowok itu mengacak pelan rambut di puncak kepalaku.
"Biar aku aja, Sayang, yang mau makan 'kan kita?"
Menghela napas lesu, pandanganku menurun. "Sok baik banget jadi orang, padahal aku tau aslinya kamu gak sebaik itu. Dasar tukang jaga image."
"Ngejek?"
Aku menjulurkan lidah mengejek Alvian, cowok itu hanya senyum tipis sambil geleng-geleng kepala.
"Aku pesen makanan kita dulu," pamitnya.
"Iya!"
Saat sedang bosan menunggu Alvian kembali, tiba-tiba layar benda pipih di atas meja menyala. Itu ponsel Alvian, menampakkan pop-up pesan di loocksreen yang ternyata dari Laura.
Seketika nafasku terhenti untuk beberapa saat, aku sempat tercekat lalu mengetuk layar ponsel Alvian saat benda itu mulai meredup mau mati. Jantungku berdentum tak karuan seiring membaca pesan dari Laura.
Laura
|Claudia cafe, nanti malam jam 7
|Can't wait to see you, honeyApa maksud dari pesan yang dikirim Laura? Apakah mereka masih berhubungan? Sial, pesan ini membuatku overthinking.
Aku membalik ponsel Alvian, tak lama cowok itu datang membawa nampan berisi dua pasta dan dua gelas jus strawberry. Aku senyum manis seakan tak terjadi apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEZA
Ficção AdolescenteSheza Alexio, merupakan gadis yang nyaris sempurna. Semua orang heran mengapa gadis yang hidup dengan penuh kehangatan sepertinya harus menjadi sosok perundung yang kasar dan begitu arogan. Namun, bukankah orang-orang hanya menilai dari yang terliha...