SHEZA | 14

42.5K 1.7K 56
                                    

14 : Dinner

14 : Dinner

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Dalam perjalanan menuju rumah Oma, banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan kepada Alvian. Karena duduk di belakang kemudi, aku agak maju memeluk kepala kursi bagian kemudi.

"Alvian," panggilku memulai obrolan.

"Hm?" Aku melihat mata Alvian menatapku melalui kaca tengah.

"Kalo lo gituan sama cewek-cewek ... apa, sih, yang lo rasain?"

"Enak," jawabnya enteng tanpa ada rasa terkejut atas pertanyaanku.

Aku mendengkus dengan bola mata memutar. "Maksud gue perasaan lo. Lo suka kah sama mereka? Cinta? Atau cuma sekedar tertarik sama tubuh mereka?"

"Mereka siapa?"

"Cewek-cewek yang lo tidurin."

"Biasa aja."

"Biasa aja?" sentakku.

"Mereka yang mau, gue cuma ngasih. Apa salahnya memberi demi membuat orang lain bahagia?"

Terlanjur gereget oleh jawabannya yang terdengar narsis di gendang telinga, aku sontak menjambak rambut Alvian sampai mobil sempat oleng.

"Orang gila!" cibirku.

"Lo gila! Main jambak gatau situasi, gimana kalo tadi nih mobil nabrak trotoar?" balas Alvian mengusap-usap bekas jambakanku.

"Lo! Ngewein anak orang udah kayak hobi, gimana kalo mereka naruh harapan ke lo? Gapunya hati!"

"Mereka mana punya perasaan. Gue yakin, gak cuma gue satu-satunya cowok yang main sama mereka."

"Ya tetep aja, sex itu suatu kegiatan yang gak seharusnya dijadiin kesenangan sesaat."

"Itu buat lo, anak rumahan yang berusaha jadi liar. Gak buat kita-kita yang udah terbiasa sama kehidupan bebas."

"Dih, siapa yang anak rumahan?" sanggahku.

Alvian terkekeh mengejek. "Jangan lupa lo dari keluarga strict parents."

Sepanjang jalan obrolan kami jadi perdebatan sengit yang tidak ada ujungnya. Ternyata Alvian bukan tipe cowok pengalah. Begitu sampai di rumah Oma, Alvian kembali ke setelan pabrik. Akhirnya perdebatan kami berhenti di sana.

"OMAAA...!!!" seruku langsung lari memeluk wanita yang usianya sudah tidak mudah tapi masih tampak bugar itu.

"EYANG!!" Aku berganti memeluk Eyang, ayah dari Bundaku.

SHEZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang