Sheza Alexio, merupakan gadis yang nyaris sempurna. Semua orang heran mengapa gadis yang hidup dengan penuh kehangatan sepertinya harus menjadi sosok perundung yang kasar dan begitu arogan.
Namun, bukankah orang-orang hanya menilai dari yang terliha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🦋🦋🦋
"Makasih udah mau nemuin gue lagi," ucap Laura.
Kupasang telingaku untuk menguping dengan seksama.
"Langsung intinya aja," balas suara Alvian terdengar ketus. "Sorry, gausah pegang tangan gue. Gue udah punya pacar dan gue sayang banget sama dia. Gaboleh ada cewek lain yang nyentuh gue selain dia."
"Sheza? Dia udah ambil lo dari gue."
"Gue yang milih dia."
Tanpa melihat, aku yakin jika barusan Laura berusaha memegang tangan Alvian. Menggigit bibir bawah, jari-jari tanganku saling meremas. Mendadak pikiran buruk menepis dari kepalaku setelah mendengar respon dari Alvian terhadap Laura.
"Besok gue balik ke UK untuk kuliah, gue mau lo anter gue ke Bandara."
"Gue sibuk."
"Pesawat gue take off sore, Al."
"Pagi sampe sore sekolah, sore sampe malem nemenin Sheza untuk ganti waktu gue yang lo ambil malam ini."
UK? Bukankah nantinya Alvian juga mau berkuliah di sana? Tidak-tidak, pasti keinginan Alvian kuliah di UK tidak ada sangkut pautnya dengan Laura. Dia pure ingin menempuh pendidikan.
Aku sangat yakin karena respon Alvian kepada Laura malam ini seakan cowok itu benar-benar telah bersungguh untuk memutus hubungan dengan Laura.
"Dia udah ngasih lo apa aja, sih, Al? Virginity? Lo udah lupa kalo lo orang pertama yang udah renggut kehormatan gue?" Laura seperti orang putus asa.
Mataku mendelik mendengar pernyataan Laura. Tidakkah dia malu mengatakan hal semacam itu dengan suara lantang di muka umum? Untunglah sepertinya pengunjung kafe yang lain sibuk dengan aktivitas masing-masing.
"Dia beda, gak kayak lo yang murahan."
Plak!
"How dare you! Are you fucking kidding me?"
Teriakan Laura spontan menggaet perhatian semua orang, tak terkecuali aku yang secara refleks melupakan penyamaran dan malah menoleh ke belakang seraya membuka kacamata.
Pandanganku dan Alvian bertemu, cowok itu tampak melebarkan mata setelah melihat keberadaanku. Dia cengo tak bergerak sama sekali, bahkan seakan mengabaikan umpatan Laura yang bertubi-tubi.
Gadis itu menyiram wajah Alvian menggunakan minuman warna biru dari meja orang lain. Barulah Alvian mengerjap sadar.
"You're such a dick! I hate you." Laura berlalu pergi.