Sheza Alexio, merupakan gadis yang nyaris sempurna. Semua orang heran mengapa gadis yang hidup dengan penuh kehangatan sepertinya harus menjadi sosok perundung yang kasar dan begitu arogan.
Namun, bukankah orang-orang hanya menilai dari yang terliha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🦋🦋🦋
Kehadiranku dan Julian disambut baik oleh empat lelaki yang awalnya sedang berbincang santai itu, kami bersalaman dan mungkin sekarang tanganku sudah dipenuhi keringat dingin karenanya.
"Pak Julian, lama tidak bertemu. Apa kabar?" sapa salah seorang di antaranya.
"Seperti yang terlihat, bagimana dengan anda?"
"Baik sekali."
Saling tanya-tanya kabar hingga seorang wanita pasangan dari salah satu lelaki itu menotice keberadaanku.
"Apakah gadis cantik ini istri anda, Pak Julian?"
"Wahh... bagaimana bisa saya tidak mendapat undangan?" sambung lelaki di sampingnya dan yang lain langsung tergelak.
"Kami belum menikah, doakan saja yang terbaik untuk saya dan pasangan saya," balas Julian.
Aku menatap cowok di sampingku dengan lekat, entah mengapa menurutku ungkapannya barusan seperti mengklaim bahwa bubungan kami sedang berjalan menuju jenjang yang lebih serius.
Yang benar saja?
Selesai diajak Julian berkenalan dengan beberapa tamu yang lain, kami duduk memisah di meja bagian depan. Julian mengambilkan wine di flute glass untukku.
"Julian?"
Teguran dari seorang lelaki bertubuh kekar mengalihkan atensiku. Julian berdiri yang seketika aku pun juga ikut melakukan hal serupa.
"Saya kira kamu tidak akan datang," ucapnya.
"Awalnya memang begitu."
"Sudah terlihat dari pakaian kamu yang melenceng dari ketentuan dresscode yang tertera. Lalu mengapa memutuskan datang?"
"Hanya ingin memamerkan gadis saya."
Lelaki itu menatapku, spontan saja aku mengulurkan tangan bersalaman dengan lelaki itu.
Dari nada bicara keduanya, aku bisa menarik kesimpulan bahwa mereka bukan dua orang yang memiliki tali kedekatan. Malah lebih condong seperti dua manusia arogan yang tidak sengaja bertemu.
"Saya Tomas Andreas, ayah Julian."
Sontak aku terbelalak kaget setengah mati, tidak salah dengar kan? Ayahnya Julian? Tapi mengapa cara mereka memperlakukan satu dan yang lain tidak seperti ayah dan anak?
"Sheza," jawabku pelan.
Disusul lelaki yang jauh lebih muda menghampiri kami, ternyata dia adik Julian yang hari ini akan diangkat menjadi direktur oleh ayahnya.