29 : “I Love You!”
“Merubah seseorang adalah kemustahilan, kecuali orang itu yang menginginkannya sendiri. Namun jika kamu berhasil, artinya memang kamu yang dia inginkan.”
— Sheza —
🦋🦋🦋
"Bunda duluan, ya, anak-anak? Udah diteleponin mulu, nih, sama Tante Bianca dan Tante Rachel," pamit Bunda.
"Salamin sama Tante Bi dan Tante Rachel, ya, Bun!"
"Oke, Sayang ... sebenernya mereka juga pengen banget loh ketemu kamu."
"Hehe, kapan-kapan ketemu."
"Yaudah kalo gitu. Alvian pelan-pelan, ya, bawa mobilnya."
"Siap, Bun, Bunda juga hati-hati di jalan."
Tersisa kami berdua di meja makan, Alvian pindah tempat, ia duduk di sampingku.
"Udah makan?" tanya cowok itu.
"Gak biasa sarapan."
"Itu bukannya piring lo?"
Alvian mendekatkan piring berisi nasi goreng yang tadi disiapkan Bunda untukku, dia letakkan di hadapanku.
"Makan dikit aja buat hargain orang yang udah capek-capek ngeluarin tenaga ngambilin nasi buat lo."
"Dramatis amat hidup lo," kekehku. "Bunda ngambilin nasi goreng ini pun gak sampe ngeluarin kringet, kocak!"
Alvian ikut tertawa, untuk beberapa saat aku merasa hubungan kami seperti orang-orang normal pada umumnya, seperti melontarkan lelucon lalu tertawa bersama.
Menyendok nasi goreng itu, Alvian menyodorkannya di depan mulutku.
"Aaa?"
Menutup bibir rapat, aku menggeleng cepat. Makan nasi goreng pagi-pagi itu bikin enek, dan aku memang tidak terbiasa sarapan makanan berat seperti itu. Biasanya hanya memakan roti, tapi kebetulan pagi ini aku memang sedang malas menelan makanan.
"Lo minum kopi tapi belum makan apapun, asam lambung lo bisa naik."
"Gak sering," sangkalku.
"Tetep aja, sesuap demi gue?"
"Demi-demian segala, emang lo bapak gue?"
"Kek anak kecil lo, ya, bener-bener."
Aku terkekeh pelan. "Yaudah, iya."
Lalu melahap suapan dari Alvian agar cowok itu lega.
"Sekali lagi," suruhnya ngelunjak.
"Katanya bukan cowok ingkar, tapi sama kata-kata sendiri aja gak konsisten," gerutuku.
Alvian menahan senyuman, meraih pisang dari keranjang buah lalu memberikannya padaku.
"Gasuka pisang."
"What do you like?"
Menoleh kanan dan kiri memastikan tidak ada siapapun, aku menyondongkan tubuh.
"Your lips actually," jawabku setengah berbisik.
"Really?"
Aku tertawa lucu langsung menegapkan posisi duduk. Lalu gantian Alvian yang mendekatkan wajahnya kepadaku, matanya yang sebening kaca menatapku sangat intens.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHEZA
Roman pour AdolescentsSheza Alexio, merupakan gadis yang nyaris sempurna. Semua orang heran mengapa gadis yang hidup dengan penuh kehangatan sepertinya harus menjadi sosok perundung yang kasar dan begitu arogan. Namun, bukankah orang-orang hanya menilai dari yang terliha...