43 : Sofa
“Apakah membaca buku yang sama untuk kedua kali merupakan kebodohan? Bukankah itu bisa membuat kita semakin memahami isi di dalamnya? Tapi ini bukan tentang buku.”
— Sheza —
🦋🦋🦋
Mengambil minuman kaleng dari kulkas, aku meneguknya sembari berjalan kembali ke kamar. Namun saat melintasi ruang keluarga yang pintunya setengah terbuka, tak sengaja aku melirik seorang lelaki tengah menonton bola sendirian.
Mengucek mata, aku memastikan bahwa dia Alvian. Tidak salah lagi, dia memang Alvian. Senyum jahil merekah, aku menaruh kaleng yang isinya sisa setengah ke atas meja lalu jalan mengendap-endap menghampiri cowok yang sedang duduk di sofa membelakangi pintu itu.
"DOR!" sentakku sontak Alvian terlonjak kaget, gerakan refleks cowok itu membuat sikunya membentur rahangku.
"Aw!" Aku mendongak memegangi rahang.
Tersentak panik, Alvian langsung lompat dari sofa meraba-raba rahangku. Berkali-kali cowok itu minta maaf dan bilang bahwa dia tidak sengaja.
"Kurang ajar," geramku dengan napas memburu.
Membulatkan mata, cowok itu memasang raut ngeri mendapatiku menatapnya seakan siap menerkam. Pelan-pelan Alvian melangkah mundur.
Melancarkan aksi, aku langsung lari kepada cowok itu, menggelitiki tubuhnya sampai dia menggeliat berusaha menghindar dengan gelak tawa yang memecah.
"Ampun, She, hahahaaa...!!!"
"Gada kata ampun, rasain!"
Aku semakin girang menggelitiki pinggang sampai ke lehernya, lalu jari ini menyelundup masuk ke ketiak cowok itu. Sontak respon Alvian semakin tak terkendali, dia terus melangkah mundur hingga tanpa sadar di belakangnya ada sofa. Karena punggung sofa terlalu pendek, hal itu menyebabkan Alvian terjerembap.
Aku langsung menutup bibirku yang menganga, sontak khawatir akan keadaan tangannya.
"Al, gapapa?"
Cowok itu berguling dari posisi tengkurap langsung terlentang di atas sofa, meraung heboh kesakitan memegangi lengan kirinya.
"Ahhh ... sakit, aduh!" seru Alvian.
Tentu saja aku bingung harus berbuat apa. Bik Jum dan Mbok Karti ikut Bunda belanja mingguan, Papa belum pulang dari kantor, Sean menemani Sandra ke toko buku, lalu Ryan? Bocah itu ada di kamarnya, tapi dia bisa apa?
Mendekat ke sofa, aku mengguncang pelan bahu Alvian.
"Jangan teriak-teriak dong, gue ikut panik jadinya ... sorry, deh, ayok gue anter ke rumah sakit," tuturku.
Tidak terduga tiba-tiba Alvian malah menarik tanganku sehingga aku menyusul tersuruk di atas tubuhnya. Cowok itu tertawa keras, sedangkan aku tertegun begitu saja. Perlahan tawa Alvian memudar, sepertinya dia juga baru sadar akan posisi kami yang jika orang lain lihat mungkin akan menimbulkan salah paham.
Prak!
"Oh my eyes! Take me go away from here!" teriak Ryan setelah menjatuhkan ponsel.
Aku dan Alvian menoleh kompak ke arah pintu, di mana Ryan sudah menutup kedua matanya menggunakan telapak tangan. Sial, pasti bocah lelaki itu sudah berpikir yang tidak-tidak.
"Ryan gak liat apa-apa, suwer gak liat apa-apa. I'm blind," lanjutnya menurunkan tangan kemudian membuka setengah kelopak mata, dia menyahut ponsel lalu lari keluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/347430618-288-k70672.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEZA
Teen FictionSheza Alexio, merupakan gadis yang nyaris sempurna. Semua orang heran mengapa gadis yang hidup dengan penuh kehangatan sepertinya harus menjadi sosok perundung yang kasar dan begitu arogan. Namun, bukankah orang-orang hanya menilai dari yang terliha...