31 : Balas Dendam
“Harga diri tetaplah harga diri. Berani injak kakiku? Maka siapkan kepalamu untuk dijadikan pijakanku.”
— Sheza —
🦋🦋🦋
Menarik tangan Julian sampai tubuhnya ambruk terduduk di sampingku, aku meyakinkan Julian bahwa dia tidak perlu melakukan itu.
"Gue bisa nanganin Laura sendiri," jelasku.
"Apa rencana lo?"
"Apa aja, andai dia mati pun harus lewat tangan gue. Lo gaperlu ikut-ikut."
Kukatakan itu agar Julian berhenti kesal terhadap Laura. Aku tahu dia akan nekat melakukan apapun andai sesuatu tidak mengalihkan keinginannya.
Julian mengangguk, mengubah posisinya jadi bersila ke arahku. Menyisir rambutku menggunakan jari-jemarinya, kemudian ia ikat menggunakan sapu tangan miliknya.
Setelah itu Julian meraih air es di atas meja lalu ia letakkan ke pangkuannya, Julian mulai memeras kain kompresan kemudian ia kompreskan di beberapa titik wajah dan leherku.
"Does it hurt you?" tanya Julian lirih.
Aku menggeleng, meski begitu mataku memejam menahan perih di bagian leher tepatnya bekas cakaran.
"Gue boleh kompres pinggang lo juga?"
Perlahan membuka mata, aku menoleh Julian datar.
"Ngapain izin? Tadi juga lo main buka-buka aja."
"Oke."
Aku agak memiringkan tubuh agar Julian lebih mudah mengompres luka lebam di pinggangku. Cowok itu melakukannya dengan berhati-hati. Setelah itu mengusapkan krim obat luka di bagian bekas cakaran.
"Usapin tiga hari sekali biar cepet kering dan gak ninggalin bekas," katanya memberikan krim itu kepadaku. "Punya sweater hoodie?"
"Ada satu atau dua di rumah," jawabku ragu, aku tidak terlalu suka mengenakan sweater.
"Bentar dulu."
Julian lari kecil menuju lift, selang beberapa menit dia kembali lagi membawa setumpuk sweater di pelukannya.
"Masih keliatan baru karena jarang gue pake, lo ambil aja buat nutupin leher lo."
"Gausah, rambut urai gue udah lebih dari cukup nutupin bekas cakaran," tolakku.
"Bekas cakaran lo keliatan sampe hampir ke leher depan, yakin bisa nutupin? Style rambut lo bakal lo buat nyekek leher? Yang ada lo bakal diketawain orang-orang."
Sekali lagi aku mengecek penampilanku melalui layar ponsel, ingin memastikan ulang apakah ucapan Julian benar?
"Ambil aja buat gonta-ganti, gue yakin penyembuhan lo makan waktu kurang lebih semingguan. Kalo lo gaenak ngambil barang pemberian gue, lo bisa balikin setelah luka cakaran lo mendingan."
Akhirnya aku menerima pemberian Julian, bahkan langsung memakai salah satu sweater itu. Julian memasangkan tudungnya di kepalaku, mengeluarkan ponsel kemudian memotretku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEZA
Teen FictionSheza Alexio, merupakan gadis yang nyaris sempurna. Semua orang heran mengapa gadis yang hidup dengan penuh kehangatan sepertinya harus menjadi sosok perundung yang kasar dan begitu arogan. Namun, bukankah orang-orang hanya menilai dari yang terliha...