17 : Perkelahian
“Kau pemenangnya meski telah jatuh diserang banyak orang dalam waktu bersamaan, karena itu artinya mereka tidak bisa mengalahkanmu sendirian.”
— Sheza —
🦋🦋🦋
Di pertengahan jalan, tiga buah mobil tiba-tiba memepet mobil Alvian. Satu berada di belakang, satu di samping, dan satunya di depan. Tidak punya pilihan lain, Alvian memutuskan untuk menginjak rem.
Tiap mobil keluar dua orang berbadan besar yang tidak kami kenali, tak berselang lama disusul satu mobil yang terlihat familiar berhenti di depan mobil yang menghadang kami. Pengemudinya turun, dan yang keluar sesosok Julian Alessandro.
Aku menoleh Alvian yang tiba-tiba terkekeh kecil.
"Ngajak orang lain buat ngabisin gue karena dia gabisa sendirian," gumamnya.
"Tapi mereka bukan anak Black Lion, 'kan?"
"Gak mungkin dia berani ngajak anak Black Lion, karena kalo sampe gue kenapa-napa karena ulah Black Lion, perkelahian besar antar Dead Star dan Black Lion gak akan bisa dihindari."
"Apapun yang terjadi, lo jangan sampe turun dari mobil. Sekarang lo telepon Polisi," imbuh Alvian.
Cowok itu hendak membuka pintu mobil ingin menghadapi orang-orang menyeramkan itu, namun seketika aku menahan lengan Alvian dengan takut.
"Al, stay here and don't take the risk."
"I can handle those men. Trust me and never get out of the car till me back."
Meski mencemaskan Alvian, aku berusaha untuk percaya kepadanya. Mengangguk ragu, kubiarkan Alvian turun dari mobil menghadapi para lelaki keparat itu. Seperti perintah Alvian, aku langsung mencari bantuan dengan menghubungi pihak kepolisian.
Lian, jika terjadi sesuatu kepada Alvian, aku tidak akan memaafkanmu.
"Gue udah bilang, lo salah cari lawan!" seru Julian. "Kenapa lo bisa serumah sama Sheza?!"
Aku memergik mengurungkan niat menghubungi polisi saking terkejut akan ucapan Julian yang mengetahui bahwa Alvian tinggal di rumahku. Julian benar-benar layak diberi penghargaan sebagai penguntit menyebalkan sepanjang masa.
"Gue emang salah, salah pilih orang lemah sebagai lawan sampe-sampe ngajak suruhan buat ngalahin gue," balas Alvian remeh.
"Bangsat, emang nyari mati lo!"
Memberi isyarat kepada suruhannya, sontak para lelaki itu mengepung Alvian, beberapa langsung melayangkan pukulan tapi dengan sigap dihindari oleh Alvian.
Yang bisa kulakukan hanya mengintip dengan rasa ngeri melihat Alvian berusaha melawan enam lelaki dewasa berbadan tinggi tegap dipenuhi otot itu sendirian. Aku melihat Julian memasang wajah santai menonton pertarungan itu sambil menyalakan rokok, tubuhnya ia sandarkan pada mobil.
Alvian menarik tangan yang hampir mendarat di kepalanya, dia hempaskan sampai si pemilik tangan tersungkur menimpa dua orang temannya. Tak sampai di situ, dengan cepat Alvian menunduk begitu menyadari sebuah kayu dihempaskan ke arahnya. Dia sikut perut lelaki yang membawa kayu itu sehingga membungkuk nyeri, kemudian Alvian berdiri menendang tengkuk lelaki itu sampai tersungkur tak sadarkan diri.
Dua orang berhasil dibuat pingsan dan satu orang tidak kuat berdiri ditaklukan Alvian, di tengah kecemasan aku masih sempat berdecak kagum akan kepiawaian Alvian dalam bela diri. Cowok itu sangat tangkas menghindari pukulan dan segala serangan yang dilakukan para lelaki suruhan Julian.
Mendapati satu-persatu orang bayarannya tumbang di depan mata, tampak Julian berdecak kasar membuang puntung rokok di bawah kaki lalu diinjaknya kuat. Aku lihat Julian berjalan ke arah mobilnya. Karena curiga akan apa yang hendak dilakukan Julian, tanpa disadari siapapun aku turun dari mobil.
Aku tidak menuruti pesan yang telah diberikan Alvian.
Bersembunyi di bawah mobil, dari kejauhan aku melihat Julian kembali menghampiri dengan membawa kunci inggris. Di sisi lain aku menyadari Alvian tahu keberadaanku, di tengah perkelahiannya Alvian memelototiku seolah menyuruhku agar segera kembali ke dalam mobil.
Nahasnya kelengahan Alvian membuat musuh berhasil melancarkan pukulan sampai Alvian tersuruk ke jalanan. Tiga orang yang tersisa itu memukuli serta menginjak-injak tubuh Alvian yang tengkurap dengan brutal. Mataku berkaca dengan bibir menganga, dalam keadaan seperti itu aku melihat tangan Alvian masih sempat memberi kode agar aku segera masuk mobil.
"CUKUP!" teriak Julian. "Giliran gue."
Tiga lelaki itu menarik lengan Alvian yang sudah lemas, sudut bibir dan salah satu lubang hidungnya mengeluarkan darah. Jantung ini terasa berdesir nyeri tidak tega. Dua lelaki memegangi kedua tangan Alvian untuk menyangga tubuh Alvian agar bisa berdiri sempurna.
Julian menaikkan dagu Alvian menggunakan kunci inggris di tangannya, tentu mata tajam tanpa rasa takut milik Alvian membalas tatapan Julian tak kalah sengit, kedua sudut bibir Alvian terangkat.
"Senyum sepuasnya sebelum lo habis di tangan gue," tutur Julian.
"Tepatnya di tangan lo dan anak buah lo, mana bisa lo habisin gue sendirian?"
Tampak jelas rahang Julian mengeras, otot-otot di tangannya menyembul akibat cengkramannya menguat memegangi kunci inggris. Firasatku mengatakan bahwa sebentar lagi Julian akan menghantamkan benda itu kepada Alvian.
Yang kutakuti hanya apabila kunci itu mendarat di kepala Alvian dan terjadi hal fatal, pasalnya sejak tadi sorot mata penuh amarah Julian tak lepas dari kepala Alvian.
"Mati lo, brengsek!" teriak Julian seraya mengayunkan tangannya mengenai pelipis Alvian sampe cowok itu ambruk.
Tak berhenti sampai di situ, Julian kembali memukuli tubuh Alvian bertubi-tubi. Tanpa sadar mataku meremang.
Seperti ada dorongan kuat, secara refleks aku berlari memberi sekat antara Julian dan Alvian dengan memeluk tubuh Alvian erat. Namun terlambat, Julian tak sempat menunda aksinya sehingga benda keras itu membentur tengkukku dengan hebat.
"Sshhh...," desisku nyeri.
"SHEZA!" sentak Julian panik.
Aku memegangi leher bagian belakang yang benar-benar sangat ngilu. Julian menarikku yang masih merengkuh tubuh Alvian yang kini telah sekarat menuju detik-detik tidak sadarkan diri.
"She, maaf, tolong maaf ... gue gak bermaksud," jelasnya dengan cemas.
"Don't touch me! Fuck off!" teriakku mendorong tubuh Julian menggunakan kesadaran yang masih tersisa.
Sudah berusaha mempertahankan kesadaran, tiba-tiba semua benda di sekitarku mulai berputar-putar dan mengecil, layaknya jendela yang tirainya ditutup perlahan, kontan aku diselimuti kegelapan.
••••🦋••••
TBC
•••
FOLLOW IG:
@NoonaWii

KAMU SEDANG MEMBACA
SHEZA
Teen FictionSheza Alexio, merupakan gadis yang nyaris sempurna. Semua orang heran mengapa gadis yang hidup dengan penuh kehangatan sepertinya harus menjadi sosok perundung yang kasar dan begitu arogan. Namun, bukankah orang-orang hanya menilai dari yang terliha...