Acara Class meeting sudah di mulai hari ini.
Tentu saja itu membuat Zee dan anggota Osis yang lain cukup sibuk.
Marsha hanya bisa melihat kekasihnya dari pinggir lapangan, Zee sejak tadi bolak-balik mengurus beberapa hal."Liatin siapa hayo"
Marsha menoleh lalu menatap malas pada Muthe yang kini duduk di samping nya.
"Pacar gue" jawab Marsha sekena nya dan itu tentu mampu membuat mulut Muthe menganga lebar.
"Kok lo ga pernah cerita kalau punya pacar? Iihh anak kelas berapa?" Tanya Muthe.
Marsha menghela nafas nya, ingin rasa nya iya bilang pada siapapun jika ketua osis mereka itu adalah kekasih nya tapi itu akan berdampak buruk pada beasiswa Zee.
"Tiang bendera tuh pacar gue" ucap Marsha
"Ish Sha.. gue kira serius"
Duukkk...
Wooy!!
Waah gila! Main yang bener dong!
Suasana di lapangan menjadi ricuh. Marsha berdiri dan memastikan apa yang terjadi di lapangan karena Muthe membuatnya tak fokus.
"Sha.. Ashel kenapa tuh!" Teriak Muthe.
Mendengar nama Ashel membuat nya jadi malas dan hendak duduk lagi, tapi terhenti ketika matanya menangkap Zee setengah berlari menggendong Ashel.
Muthe berlari menghampiri Jessie, tentu untuk bertanya apa yang terjadi, sementara Marsha hanya mengikutinya dari belakang.
"Kenapa Jes?" Tanya Muthe.
"Adel ga sengaja lempar bola kena kepala Ashel, terus Ashel jatoh terus kepalanya kebentur ujung meja sampai berdarah"
Muthe bergidik ngeri apalagi saat melihat ada tetesan darah di lapangan.
Sementara Adel kini hanya duduk di pinggir lapangan.
Marsha melangkah menghampiri nya."Kenapa?" Tanya Marsha.
Adel menoleh, nafasnya seperti masih tersengal dan ada lebam di area tulang pipinya.
"Di tonjok siapa?" Tanya Marsha
"Ga tau, pemain lain kali, atau anak osis, gue ga bisa liat jelas siapa, yang pasti mereka langsung kroyok gue, padahal gue ga sengaja.. mental preman semua anak di sekolah ini" kesal Adel.
"Ya udah, ayok ke uks biar cepet di obatin" ajak Marsha, tapi Adel langsung menggelengkan kepalanya.
"Lu mau gue makin di keroyok? Semua orang sekarang lagi liat kondisi si cewek itu, makin abis lah gue nanti" protes Adel.
Marsha tersenyum mengejek, ternyata Adel tetap memiliki sisi penakut juga.
"Ya udah, tunggu disini"
Marsha berjalan menuju uks sendirian, tampak ada beberapa orang yang berkumpul di depan ruang uks, seperti nya itu beberapa anak osis yang sedang menunggu Ashel.
Dengan santai nya Marsha masuk, terlihat Zee yang langsung menoleh. Zee langsung menghampiri Marsha.
"Kenapa?" Tanya Zee
Marsha terdiam, matanya menatap noda darah di seragam Zee tepat di bagian dada kirinya, dan itu pasti darah dari kepala Ashel.
Marsha sedikit memiringkan badan nya mencoba melihat kearah Ashel yang terdengar menangis."Separah itu?" Tanya Marsha.
Zee mengangguk.
"Iya, kita mau bawa ashel ke kelinik depan, setidaknya kita buat darah Ashel ga terus keluar dulu" jawab Zee.