"sebenernya kita mau kemana?" Zee terlihat bingung saat ini, posisinya sudah berada di dalam mobil Jinan dengan Marsha di samping nya.
Jinan masih diam menatap seseorang dari kejauhan, begitu juga Marsha. Info yang ia tau tentang Gita dari Gracia cukup membuat nya tak percaya dengan wanita itu.
"Sha..."
"Iyaa kenapa?"
"Kita mau kemana?"
Marsha melihat kearah Jinan seolah meminta pertolongan pada Jinan karena ia bingung harus menjawab apa.
"Wanita itu sedang mencari kamu" tunjuk Jinan pada Gita yang tengah sibuk dengan handphone nya.
"Dia mau bawa kamu menjauh dari Shani, dan sayang nya dia berhasil bawa adik mu lebih dulu" ucap Jinan lagi tapi kalimat terakhir nya membuat Zee mengerutkan kening dan berpikir keras.
"Adik? Siapa?" Tanya Zee sementara Marsha hanya diam, ia langsung paham siapa yang di maksud Jinan.
"Nanti saya jelaskan"
Jinan langsung saja memacu mobil nya dan pergi menjauh dari tempat itu.
Sementara itu Shani terlihat gelisah, ponsel nya sudah di rampas Cio dan saat ini ia tak bisa menghubungi siapapun.
Pikiran nya masih penuh dengan rasa khawatir pada Christy dan Zee tapi hatinya tak bisa menyembunyikan kesedihan terdalam nya.Shani menangis memikirkan apa yang sudah di lakukan Cio pada Gracia, potongan jari itu sudah menunjukan jika Gracia tak baik-baik saja.
Shan.. semalam aku mimpi nikah sama kamu, kita pakai gaun putih dan kamu cantik banget disitu.. kamu bilang saat itu kalau kamu adalah orang yang paling bahagia.
Andai itu bisa terjadi, rasa bahagia itu bukan hanya mimpi Ge..
Sayang nya ga akan bisa terwujud dan akan terus menjadi mimpi, tapi semua yang kita lalui saat ini akan selalu jadi lembar paling penting di hidup aku Shan..
Shani menyeka air matanya, kenangan demi kenangan tentang Gracia dulu muncul bagai sebuah film di benak nya, dia adalah sosok yang sampai saat ini punya ruang sendiri di hati seorang Shani indira.
"Aku harus apa Ge" ucap Shani di sela isak tangis nya.
Shani mengusap kasar air matanya, ia berdiri mencari cara agar ia bisa keluar dari sini, di laci tak ada satupun kunci yang ada hanya beberapa berkas disana yang tidak penting untuk Shani saat ini tapi selembar kertas jatuh begitu saja tepat di atas kaki nya.
Mata Shani menajam, rahang nya mengeras menahan emosi yang rasanya ingin meluap saat itu juga. Sebuah hasil tes dna yang menyatakan jika Zee positif mempunyai ikatan darah dengan Shani.
"Apa ini? Kenapa hal sepenting ini ada pada Cio? Kenapa Gita memberiku hasil palsu?"
Shani berteriak frustasi sambil melempar berkas itu begitu saja kelantai bahkan beberapa barang di sekitar nya pun ikut terlempar oleh emosinya. Disaat ia mulai tau tentang kebenaran nya tapi ia tak bisa bertemu anak kandung nya saat ini, ingin rasanya ia memeluk Zee saat ini, sosok yang memang selalu ia mimpikan sebagai anak kandung nya yang selama ini ia cari.
Shani terduduk memeluk lutut, ia merasa di permainkan oleh hidup, kehilangan orang yang ia cintai, di khianati oleh suami sendiri bahkan untuk menemukan anak kandung nya pun seolah Tuhan ingin mempermainkan emosi nya lebih dulu.
****
Jinan keluar dari mobil nya dan bergegas membantu Zee yang kini tengah di papah oleh Marsha.
Seorang perempuan berambut panjang keluar dari dalam rumah dan tersenyum menyambut mereka.
