"Pagi Zee.."
"Eh, pagi kak Jinan"
Jinan tersenyum hangat pada Zee yang tengah memasak di dapur, kondisinya semakin berangsur pulih, bahkan Zee saat ini mulai bisa beraktifitas seperti biasa.
"Bikin apa?" Tanya Jinan sambil melihat kearah wajan
"Nasi goreng kak, ini menu sarapan kesukaan ayah"
"Dari wanginya sih kayaknya kamu emang jago masak Zee" puji Jinan
"Kalau ga bisa masak ya susah makan aku kak, masa beli terus.."
Jinan tersenyum kecil, sebagai seorang detektif Jinan cukup banyak tau tentang Zee dan mudah untuk nya mendapatkan info yang bahkan mungkin Zee pun tak tau.
"Dimana ibu kamu?"
Zee langsung terdiam, tak terlintas di benak nya jika Jinan akan bertanya seperti itu.
"Ga tau, ada atau ga ada rasanya aku udah ga peduli kak"
"Kenapa? Kamu ga mau cari dia?"
Zee menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan aktifitas nya.
Hal yang terlintas di benak nya ada rasa sakit setiap kali ia mengingat fakta jika keluarga ibunya sangatlah jahat, walaupun terkadang ia merasa iri dengan Christy tapi yang ada di benak Zee adalah ibunya tidak sebaik Shani.Jinan masih memperhatikan Zee, raut wajah yang berubah saat membahas tentang sosok seorang ibu membuat Jinan merasa bersalah, tapi Zee mungkin tak tau kebenaran yang sebenarnya.
"Maaf, pertanyaan ku tadi.."
"Ah.. gapapa kak, aku yakin semua itu udah takdir nya kak, banyak hal yang bisa aku syukuri sekarang, ada atau pun ga ada orang tua saat ini, ga akan merubah apapun" Zee tersenyum dan itu tampaknya menular pada Jinan. Jinan kagum dengan Zee, jika ia berada di posisi Zee yang harus hidup sendiri di umur nya saat ini, mungkin ia tak akan pernah sanggup
Sementara itu Marsha masih diam di dalam mobil nya, rasanya enggan ia keluar dan hanya bisa menatap rumah nya dari sini.
Marsha menghela nafas saat melihat Viny keluar dari rumah dan langsung menyadari mobil Marsha yang terparkir.
"Abis nih di omelin" ucap Marsha.
Benar saja, Viny mengetuk kaca jendela mobil Marsha cukup keras dengan wajah serius yang terlihat bisa kapan saja menerkam Marsha saat itu.
"Buka hei!"
Akhir nya Marsha keluar dan seketika tubuhnya bergidik ngeri melihat tatapan tajam Viny.
"Punya Handphone buat apa? Buang tu handphone.. di hubungi ga bisa, hilang berhari-hari tanpa kabar, pulang cuma bisa nyengir ga ada rasa bersalah nya.." cecar Viny, ia sudah terlihat seperti seorang ibu yang sedang memarahi anak nya yang sangat nakal.
"Ya udah pergi lagi deh.."
"Eeh... Berani kamu pergi lagi! Di nasehatin malah begitu.. ibu sampe sakit tu mikirin kamu.."
"Mama sakit?" Marsha tampak terkejut, rasa bersalah kini semakin menyelimuti hati nya.
"Kemarin bapak datang nemuin ibu, setelah bapak pulang ibu sama sekali ga keluar kamar, tadi kakak cek di kamar nya, ibu demam jadi ga ke rumah sakit hari ini, temuin gih.. minta maaf sana"
"Ngapain sih itu orang kesini" ucap Marsha lalu berjalan untuk masuk kedalam rumah dan menemui Veranda, tapi Viny terlihat heran dengan perubahan sikap Marsha, Biasanya Marsha akan selalu berada di pihak ayah nya tapi kini ia terlihat membenci Ayahnya.
Dengan perlahan Marsha membuka pintu kamar Veranda yang kebetulan tidak dikunci. Hati Marsha terasa sakit melihat Veranda yang tengah berbaring di tempat tidur nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/351204222-288-k782430.jpg)