Setiap kisah punya berbagai macam cerita yang terkadang tak sesuai dengan apa yang diharapkan, memiliki alur yang tak akan bisa di tebak ending nya akan seperti apa.
Aku tak pernah menyesal dengan setiap alur cerita yang telah aku lalui, bahkan di setiap rasa sakit pun ku rasa hanya sebatas penguat agar aku mampu melangkah lebih lebar kedepan nya.Kamu, pemilik rambut coklat yang dulu selalu ada di setiap detik hidup ku, penyelam handal yang sudah tenggelam menembus kehidupan ku, penikmat malam yang selalu tersenyum membalas sapaan bintang itu.
Aku, tak pernah menyesal telah mengenal mu.
Tak...
Bunyi ketukan terakhir menandakan tulisan nya malam ini telah selesai, cukup lama ia terdiam menimang nimang apa akan ia publish tulisan nya malam ini atau tidak.
Setengah cangkir kopi pun ia teguk habis, sepertinya ia membutuhkan energi lebih untuk membangkitkan rasa percaya dirinya lewat secangkir kopi yang ia buat sudah cukup lama, hingga terasa dingin saat tegukan terakhir tadi.
"Huuuhhh..."
Ia menarik nafas dalam sebelum akhirnya ia memilih untuk menekan kalimat publish di sudut atas layar laptop nya.
"Azizi, ini makanan nya udah siap, ayok makan dulu" teriak Ayah dari ruang tengah.
Zee menutup laptop nya lalu beranjak keluar, terlihat sang Ayah yang tengah menata piring berisi lauk pauk di atas meja makan.
"Astagfirullah, nak ini Ayah lagi pegang piring" protes Ayah karena Zee tiba-tiba memeluknya dari belakang.
"Iya..iya.. lagian Zee udah bilang jangan di beresin sendirian, panggil Zee kalau ada apa-apa" ucap Zee sambil melangkah dan duduk di kursi.
"Kamu kan lagi belajar, udah nih makan yang banyak"
Zee mengangguk, ia mengangkat piring menyambut lauk apapun yang sang Ayah berikan di piring nya.
Di rumah Zee hanya tinggal berdua dengan sang Ayah, sejak kecil ia tak tau ibunya kemana, yang ia tahu hanya ibunya pergi bekerja di luar kota dan tak pernah pulang.
"Yah, Zee di suruh tampil di pentas seni sekolah"
"Wah bagus dong, mau tampil apa?"
"Di suruh nyanyi sambil main gitar, jadi nanti Zee pulang telat terus Yah buat latihan"
"Oke gpp, kalau capek jangan terlalu di paksain ya"
Zee tersenyum lalu mengangguk, tak pernah ada satupun keinginan Zee yang tak di dukung Ayahnya. Zee teramat sangat beruntung memiliki Ayah yang selalu mengerti tentang keinginan nya.
Zee kini masih duduk di bangku kelas 2 SMA, ia terbilang aktif dan cukup cerdas di sekolah, Walaupun mendidik Zee hanya seorang diri tapi sepertinya Sang Ayah berhasil membentuk pribadi Zee dengan sangat baik.
***
Zee menarik kursi dan duduk di depan meja belajarnya, senyuman tampak merekah melihat banyak nya notif di handphone nya
Mahlukbumi
Kukira cerita, ternyata kisah hidupku 😩MantanRenjun
Pengalaman pribadi kah Thor?Cacanas41
Dalem banget kata katanya 🥺AndromedaLT
Masa lalu memang bukan untuk di sesali, seburuk apapun itu pasti kita pernah punya sisi bahagia disana.Zee tersenyum kecil, ada seorang pembaca yang sangat menarik perhatian nya, entah dapat keberanian dari mana jempol tangan nya mengetik fitur balas pada salah satu komentar di ceritanya.
@AndromedaLT yang berpengalaman memang beda komen nya haha
Setelah membalas komentar beberapa pembacanya, Zee lebih memilih menaruh handphone nya dan siap untuk tidur.
***
Pagi ini cukup dingin dengan gerimis kecil yang sudah muncul sejak subuh tadi, untuk Zee yang punya alergi dingin itu sungguh membuatnya kerepotan, berkali kali ia bersin hingga hidung nya memerah saat ini.
"Nih aku beliin teh manis anget di kantin"
Zee mengangkat kepalanya, melihat kearah Ashel sahabat sekaligus teman sebangkunya.
"Makasih Cel"
Zee menyesap sedikit demi sedikit teh itu sambil sesekali menggosok kedua telapak tangan nya sebelum ia semakin tersiksa karena hipotermia.
"Kamu udah liat mading belum?"
Zee menggelengkan kepalanya, sejak ia datang tadi pagi, ia langsung masuk kelas dan tak keluar sama sekali.
"Ada yang buat artikel tentang astronomi, hobinya sama tuh sama kamu"
Zee mengangkat sebelah alis nya sambil terlihat berpikir karena sebelum nya isi mading selalu monoton dan sama sekali tak pernah menarik menurutnya.
"Eh mau kemana?" Tanya Ashel yang melihat Zee langsung berdiri.
"Liat mading"
Zee berjalan keluar, tentu tujuan nya adalah mading yang untung nya berada tak jauh dari kelas nya, sehingga ia tak perlu susah payah berjalan di tengah tubuhnya yang kedinginan seperti ini.
Aludra (Eta Canis Majoris) adalah bintang super raksasa yang sangat terang yang terletak di konstelasi Canis Major, The Big Dog . Ini adalah bintang utama dan merupakan bagian dari lini besarnya. Warna Aludra adalah biru yang artinya bintang tersebut merupakan salah satu bintang terpanas di alam semesta, lebih panas dari bintang kita.
"Kamu tertarik dengan ini?"
Zee menoleh, ada seorang gadis berponi yang kini tengah menatap kearah nya, gadis itu tepat berada di samping nya.
"Tentu, ini menarik" jawab Zee lalu kembali mengalihkan pandangan nya pada tulisan di hadapan nya.
"Hmm, kayaknya cuma kamu yang fokus baca tulisan ku" ucap gadis itu. Ada nada kecewa di setiap perkataan nya, membuat Zee kembali menoleh kepadanya.
Sudah jelas, gadis ini lah yang membuat artikel nya dan sepertinya ia tak puas karena tak banyak orang yang melihat karya nya.
Zee mengulurkan tangan nya membuat gadis itu terlihat heran.
"Aku Zee anak IPA satu"
"Aku tau, bahkan rasanya ga ada satu murid pun yang ga kenal siapa ketua osis nya di sekolah"
Zee tertawa renyah walaupun saat ini ia merasa jika gadis ini sangatlah berlebihan.
"Jadi... Aku ga boleh tau nama kamu?"
"Marsha lenathea, IPA empat" ucap nya sambil menjabat tangan Zee yang sejak tadi terbuka di depan nya.
Kini keduanya kembali menghadap kearah mading. Zee masih memperhatikan tulisan Marsha.
"Kenapa Aludra?" Tanya Zee
"Random" hanya itu jawaban Marsha. Zee hanya mengangguk tanpa bertanya lebih. Mata Zee mengecil memperhatikan sebuah tulisan kecil di bawah artikel itu, tapi tak lama karena bunyi bel tanda masuk sudah berbunyi.
Marsha dengan cepat bergegas pergi dan sebelum nya sempat melambaikan tangan nya pada Zee sambil berlari.
Zee hanya tersenyum, ia tak perlu berlari karena kelasnya berada tak jauh.
"Jadi itu kamu.."
*****