16

2.5K 263 14
                                    

Secangkir teh yang mulai berubah menjadi hangat masih utuh dan tak tersentuh sedikitpun, seolah hanya dijadikan pajangan atau sekedar teman bengong di depan rumah sambil menyambut senja yang berganti malam.

Zee masih saja gelisah, di benak nya terus teringat suara tangis Marsha, hal yang pertama kali ia dengar karena biasanya Marsha hanya menangis dalam diam nya.
Zee menunduk, masih enggan menyentuh teh nya.

Tap...

Senyuman Zee terukir kecil melihat sepasang sepatu tepat di hadapan nya.
Zee mengangkat kepalanya, melihat Marsha yang kini tengah berdiri menatap bingung kearah nya.

"Udah mau magrib, ngapain di luar sendirian?" Tanya Marsha.
Di tangan nya menenteng sebuah bungkusan kresek berwarna putih.

"Aku nunggu kamu" ucap Zee, ia menyentuh tangan Marsha lalu mengarahkan nya untuk duduk. Marsha hanya menuruti gerakan Zee, ia duduk di kursi rotan itu dan menyesap teh yang sejak tadi hanya dibiarkan begitu saja oleh Zee.

"Aku bawa nasi goreng buat kamu" ucap Marsha dengan senyuman yang merekah tapi Zee hanya diam, bahkan senyuman nya pun nyaris tak terlihat.

"Iya nanti kita makan berdua" ucap Zee tapi Marsha langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku udah makan tadi, ini cuma buat kamu aja"

Zee menyelipkan rambut Marsha di telinga, masih terlihat sedikit sembab di matanya tapi Zee tak ingin membahas itu sampai Marsha benar-benar menceritakan sendiri.

"Aku ga mau makan sendiri" ucap Zee, tatapan nya begitu hangat pada Marsha.

"Makan aja sama Raisa sana"

Kening Zee berkerut, kenapa dengan Raisa.

"Kok Raisa?"

"Suka tuh dia sama kamu"

"Ooh.." Zee menganggukkan kepalanya, ia paham sekarang jika Marsha cemburu karena Raisa seharian tadi selalu mengikutinya.

Bughhh...

"Aw.. sakit, kok di pukul" protes Zee sambil mengusap lengan nya yang terasa panas karena pukulan Marsha.

"Kesenangan kamu kalau ada yang suka" Marsha melipat kedua tangan nya di dada, wajahnya terlihat kesal saat ini.

"Ya seneng lah, ada yang suka kok sedih"

"Aaah Zee jangan nyebelin dong"

Zee tertawa dengan puas nya, sore itu kembali terasa hangat, mereka dua lahir dari kesepian yang berbeda dan menyatu lewat rasa yang sama.

****

Hentakan kaki terdengar lebih keras dari biasanya, wanita anggun itu terlihat tergesa-gesa untuk sampai ke ruangan nya.
Wajahnya memerah, matanya napak tegas menatap tanpa menghiraukan beberapa orang yang menyapanya.

"Mana?"

Seorang wanita berjas hitam membungkukkan badan nya dan memberikan sebuah amplop coklat pada wanita itu.

"Apa kamu yakin ini orang nya Gita?"

Wanita berjas itu mengangguk dan kembali diam.

"Apa Bu Shani mau saya segera membawanya?" Tanya Gita.

Wanita bernama Shani itu langsung menggelengkan kepalanya, ia masih diam menatap beberapa lembar foto di tangan nya.

"Jangan terburu-buru, aku mau memastikan nya sendiri"

*****

"Marsha !"

Marsha menoleh, pikiran nya sudah langsung berburuk sangka saat Bu Feni memanggil nya lagi.

AludraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang