Marsha baru saja keluar dari dapur dan kembali ke kamar, senyuman nya terukir melihat Zee yang sedang fokus belajar.
"Belajar terus, ga cukup di sekolah aja?" Tanya Marsha, ia menghampiri Zee dan melihat apa yang sedang dikerjakan oleh nya.
"Kamu tau kan nilai ku ga boleh turun, nanti beasiswa ku di cabut" ucap Zee.
Marsha terdiam, ia jadi ingat perkataan Ashel saat itu.
"Sayang, apa aku bawa pengaruh buruk buat kamu?"
Kening Zee berkerut, ia terlihat bingung dengan apa yang mendasari Marsha berkata seperti itu.
"Ngaco omongan nya" ucap Zee seperti enggan menanggapi perkataan Marsha yang aneh menurut nya.
"Tapi aku serius, sini dulu.. liat aku" pinta Marsha.
"Ish, aku lagi belajar, kamu tidur duluan aja" uacp Zee
"Iihh Zee sini dulu liat aku.."
Zee menghela nafas, rengekan Marsha membuat nya tak berkutik. Ia menutup buku nya dan mengubah posisi menjadi berhadapan dengan Marsha.
"Apa?" Tanya Zee berucap lembut.
Marsha diam, terlihat jelas kekhawatiran dari sorot matanya.
"Aku itu nakal, selalu bermasalah, kasar, sementara kamu anak baik-baik, lembut, ga suka bikin masalah.. gimna kalau nanti orang-orang malah mikir jelek dan beasiswa kamu jadi terancam" tutur Marsha.
Zee tersenyum, ia jadi tau arti dari sorot mata Marsha saat ini.
Tangan Zee terangkat mengelus pelan pipi Marsha."Kenapa bisa mikir sejauh itu hmm? Ga perlu pikirin hal yang belum tentu terjadi Sha, aku percaya kamu ga seburuk itu dan kamu juga berlebihan menilai aku"
Marsha langsung saja memeluk Zee, perkataan Zee selalu mampu membuat hatinya terasa menghangat.
"Jangan tinggalin aku kayak papa" lirih Marsha.
Zee tersentak, ia yakin ada luka yang cukup besar di hati Marsha, Zee semakin mengeratkan pelukan nya, memberikan kehangatan dan sentuhan tulus untuk seseorang yang kini menjadi kekasih nya itu.
Lama saling memberikan kehangatan, Marsha yang lebih dulu melepaskan pelukan nya, posisinya yang saat ini duduk di kedua paha Zee membuat ia bisa dengan jelas melihat sorot mata yang tulus dari seorang Zee.
"Sha..."
"Apa?"
"A..apa itu sakit?"
Marsha terlihat bingung, ia melihat ke arah tatapan Zee dan mengikut kemana arah pandang Zee.
Marsha langsung memalingkan wajah nya agar Zee tak melihat wajah nya yang memerah.
"Tapi ini merah loh, pasti sakit ya?"
Marsha mengigit bibir bawah nya saat ia merasakan jari Zee mengusap tanda kemerahan di atas dada nya.
"Shaa... kok diem?"
"Hhhh..."
Marsha berbalik, menangkupkan kedua tangan nya di pipi Zee.
"Polos banget sih kamu astaga.. aaarrrghhh"
Zee hanya bisa pasrah membiarkan Marsha mencubit kedua pipinya.
"Kamu itu polos, tapi sekalinya kerasukan bikin ketagihan" tutur Marsha.
"Hah? Gimana?"
"Engga"
Marsha turun dari pangkuan Zee, membereskan buku-buku Zee yang masih berserakan di atas meja.