"Gimana? Kamu ga berhasil juga bawa Marsha pulang?"
Gracia yang baru masuk kedalam rumah langsung melihat kearah kakak nya yang kini tengah berjalan menuruni tangga.
"Temen nya sakit, dia ga mungkin ninggalin temen nya sekarang" jawab Gracia.
"Dia lebih pilih teman nya di banding ibunya sendiri?"
Gracia menghela nafas lelah, kakak nya itu terlalu gengsi bahkan pada anak nya sendiri.
"Kenapa engga kak Ve sendiri yang datang dan bujuk Marsha? Kak Ve ibunya"
"Kenan selalu memanjakan dia, dan kamu lihat? Ini hasil nya, dia jadi anak yang pembangkang, aku cuma mau dia tangguh walaupun seorang perempuan, dia satu-satunya anak ku Gre, harapan ku cuma ada di diri Marsha, ga ada lagi yang lain"
Tegas, itulah Veranda ibu kandung Marsha, tapi Gracia sama sekali tak setuju dengan cara Veranda mendidik Marsha, ia selalu melayangkan protes pada kakak nya itu tapi hasil nya sama saja.
"Terserah deh, aku capek mau istirahat di kamar Marsha"
Gracia langsung berjalan menuju kamar Marsha, ia hanya tak ingin berdebat lagi dengan kakak nya.
Buughhh..
"Aahh... capek banget"
Gracia memejamkan matanya menikmati tubuhnya yang terbaring di kasur empuk milik Marsha.
Drrrtt....drrrt...
Walaupun malas rasanya, tapi getaran handphone di sakunya cukup mengganggu.
"Halo, kenapa.... iya gue di jakarta... hah reuni?... tapi gue.. eehhh halo... cih bagsat!" Umpat Gracia saat sambungan telepon nya di putus sepihak begitu saja.
"Reuni ya.." Gracia bergumam pelan, terlihat sedang memikirkan sesuatu, seperti ada sesuatu yang membuatnya enggan untuk datang
"Aku ga akan pernah siap ketemu kamu"
*****
Zee berjalan berlahan mendekati Raisa yang kini tengah terbaring dengan perban melilit di kepalanya. Raisa masih tertidur dan Zee meringis membayangkan jika ia yang ada di posisi Raisa saat ini.
Zee duduk di kursi, tangan nya perlahan menggenggam tangan Raisa, beribu kata terimakasih ia ucapkan di dalam hati.
Jari Raisa bergerak di dalam genggaman Zee dan perlahan matanya terbuka.
Zee menyambutnya dengan senyum."Hei" sapa Zee
Raisa masih terlihat lemah, ia hanya bangun dari tidur nya dan tidak sepenuhnya lupa dengan apa yang terjadi.
"Kak Zee.."
"Hmm, kenapa?"
Raisa meringis sambil memegang kepalanya, Zee langsung sigap berdiri lalu mengambil segelas air di atas nakas.
"Minum dulu" ucap Zee sambil membantu Raisa untuk meminum minuman nya.
Pintu terbuka, muncul sosok lelaki tampan berjas putih dan sangat rapi. Ia berjalan menghampiri Raisa dan Zee.
"Helo sayang, kamu udah bangun.. gimana kondisinya?" ucap lelaki itu sambil mengelus pelan pundak Raisa.
"Aku udah enak om, om Cio ga sama tante Shani?" Tanya Raisa.
"Ada, tante kamu beli makanan dulu di depan, eh ini temen Raisa?" Cio tersenyum hangat pada Zee membuat Zee langsung terlihat gelagapan karena sejak tadi Zee hanya memperhatikan interaksi keduanya.
"Ini kak Zee, dia kakak kelas aku om, ketua osis loh" Raisa memperkenalkan Zee pada Cio.
"Waah hebat, istri om juga dulu ketua osis sekarang jadi wanita sukses yang hebat, om yakin kamu juga bisa jadi wanita yang hebat seperti istri om"
