Percakapan Shania dan Veranda tadi sepertinya berdampak besar bagi Marsha. Sejak tadi Marsha hanya diam, bahkan sampai Ashel dan Adel datang menjenguk Zee pun Marsha tetap diam sementara Bu Shania sudah pamit sejak tadi, dan Marsha sama sekali enggan menatap wajah ibu nya sejak tadi.
"Kenapa sih?" Bisik Gracia sambil menyenggol lengan Marsha, tapi Marsha semakin acuh, sesekali ia melihat kearah Zee yang sedang di cek kondisinya oleh Veranda.
Setelah selesai Veranda pun pamit untuk keluar, Marsha bergegas berdiri dan mengejar ibunya. Membuat Gracia semakin terlihat heran, begitu juga Zee, ia merasa ada yang tidak beres dengan sikap Marsha.
"Apa yang mama tau tentang aku dan Zee?" Tanya Marsha saat ia sudah masuk ke ruangan ibunya.
Veranda masih bungkam, ia berlalu untuk duduk dan fokus pada berkas di meja kerja nya.
"Ma!!"
Veranda meletakan berkas nya lalu menatap anak semata wayang nya itu.
"Mama liat di cctv apa yang kalian lakukan di balkon kamar waktu itu, menurut mu mama akan tinggal diam melihat anak satu-satunya mama yang.." Veranda tak melanjutkan ucapan nya, matanya sudah cukup berair hingga dengan mudah meneteskan air matanya dengan sekali kedip saja.
"Mama gagal mendidik mu untuk kesekian kalinya" ucap Veranda, tubuh kurus nya itu terlihat semakin ringkih saat menangis seperti ini, sementara Marsha masih saja diam, tangisan ibunya saat ini benar-benar terdengar pilu.
"Mama ingat tawaran mama sama aku dulu?"
Veranda menyeka air matanya, ia melihat kearah Marsha, sungguh saat ini Veranda merasa kehilangan sosok bayi kecil nya, ia sadar saat ini gadis kecil nya itu sudah beranjak dewasa.
"Aku akan ikuti apa mau mama, tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk liat dia bahagia walaupun sebentar"
*****
Cahaya matahari sore ini terasa hangat di kulit Zee yang masih berbaring sambil menatap keluar jendela yang terbuka hingga cahaya matahari bisa menembus masuk begitu saja.
Zee menoleh saat pintu ruang rawat nya terbuka, tampak Marsha yang masuk dengan masih menggunakan seragam sekolah.
"kemana?" Tunjuk Marsha pada ranjang Christy yang kosong.
"Christy minta Tante Shani buat antar dia ke taman, suntuk katanya" jawab Zee sambil menggerakkan jarinya memberi isyarat agak Marsha mendekat, Marsha pun duduk di kursi tepat sebelah ranjang Zee.
"Kamu ga ikut kesana?" Tanya Marsha, Zee pun menggelengkan kepalanya.
"Belum boleh, luka aku lebih banyak dari Christy, aku belum boleh banyak gerak" ucap Zee.
"Kasian kesayang aku"
Zee mengerjapkan matanya ketika pipinya merasakan elusan dari jari tangan Marsha.
"Sha.."
Cup
Mata Zee membulat, sentuhan yang sudah lama tak ia rasakan, dadanya kembali mendesir, tak bisa di pungkiri jika ini adalah hal yang sangat ia rindukan.
"Cepet sembuh" bisik Marsha setelah melepaskan kecupan nya di bibir Zee. Tatapan mereka bertemu tapi entah kenapa ada rasa sesak di dada Zee saat melihat cara Marsha menatap nya, tatapan yang sama seperti saat ia berdansa di tengah hujan dengan Marsha kala itu.
"Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Zee, ia merasa khawatir saat ini.
Marsha menjawab nya dengan senyuman lalu menyingkap selimut Zee dan mulai naik keatas ranjang, Zee pun reflek menggeser tubuhnya, memberikan ruang untuk Marsha berbaring di samping nya.
Dengan santai Marsha memiringkan tubuhnya berbaring menatap wajah samping Zee sambil menusuk-nusuk telunjuknya di pipi Zee yang memerah saat ini.