"kak titip Zee ya" Ashel menatap seorang wanita di hadapan nya, lebih tepat nya dia adalah kakak sepupu Ashel.
"Iya.. ya udah Zee kamu udah bisa mulai kerja hari ini, karena ini hari sabtu jadi kamu bisa mulai sekarang, kalau di hari sekolah kamu bisa mulai kerja di jam 4 sore"
Zee mengangguk paham, ia menatap Ashel sebentar sebelum akhir nya pamit ke belakang untuk berganti baju.
"Hai.. anak baru ya?" Tanya seorang perempuan yang memakai seragam khas karyawan cafe ini.
"Ah iya kak.. salam kenal aku Zee" Zee tersenyum ramah
"Aku Cornelia panggil aja oniel"
Zee bisa bernafas lega, ternyata dunia kerja tidak semenyeramkan itu apalagi di hari pertamanya ia mendapatkan rekan kerja sebaik Oniel
Sementara itu Marsha kini sedang cemberut menatap layar handphone nya karena tak kunjung mendapat balasan pesan nya oleh Zee.
"Aah kemana sih" ucap Marsha
"Marsha ..."
Terdengar suara Veranda dan ketukan di pintu kamar nya dari luar.
Marsha bangkit dan langsung membuka pintu kamar nya."Siap-siap gih.. kita mau pergi" ucap Veranda
"Tumben.. pergi kemana?"
"Jalan-jalan sama papa"
Seketika raut wajah Marsha berubah.
"Ga mau"
Marsha berjalan begitu saja lalu menghempaskan tubuhnya di sofa dengan wajah yang di tekuk.
"Ga boleh gitu, papa mu mau perbaiki semuanya, kasih dia kesempatan ya nak" ucap Veranda, ia mencoba berbicara lebih lembut pada Marsha.
"Perbaiki? Apa yang di perbaiki ma? Keluarga kita tetap ga utuh kan?"
" utuh ga harus menjadi satu, tapi harus bisa saling melengkapi"
"Mama udah ga cinta papa? Mama udah ikhlas liat papa bareng keluarga lain? Apa mama baik-baik aja?" Cecar Marsha.
Veranda diam, ia menatap dalam bola mata Marsha yang kini menatap nya penuh kesedihan. Jari lentik Veranda terangkat mengusap pelan pipi putri nya itu.
"Ikhlas itu titik mencintai paling dalam Marsha"
Satu kalimat tapi bisa mewakili seluruh jawaban dari putrinya itu dan Marsha paham dengan apa yang Veranda katakan.
Marsha langsung memeluk Veranda, memeluknya erat dan Veranda membalas pelukan itu tak kalah erat, saat ini harta terbesarnya adalah putri semata wayang nya, putri yang sudah beranjak dewasa dan rupanya bisa paham perasaan nya lebih dari siapapun.
Sebuah mobil berhenti di depan Marsha dan Veranda yang kini tengah berdiri di depan gerbang rumah nya.
Kaca jendela terbuka dan tampak Kenan tersenyum manis pada mereka tapi tidak dengan Marsha yang bahkan saat ini rasanya enggan untuk menatap ayah nya.
Veranda menahan bahu Marsha saat Marsha akan melangkah ke belakang.
"Duduk di depan, temani papa" bujuk Veranda
"Ga mau, aku mau di belakang"
"Marshaa..."
Walaupun itu membuat wajahnya terlihat kesal tapi akhir nya Marsha mengikuti kemauan Veranda dan itu tentu membuat Kenan kembali tersenyum bahagia.
Sepanjang perjalanan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Marsha, bahkan pandangan nya hanya fokus pada pemandangan di samping kaca mobil.
Mereka hanya berkeliling mengitari sebuah Mall, sesekali Kenan mencoba berinteraksi dengan Marsha dengan cara selalu menawarkan Marsha barang-barang yang mungkin cocok untuk anak gadis nya itu tapi Marsha selalu menolak dan berpindah tempat merangkul ibunya, seasing itu hubungan mereka saat ini dan Veranda hanya bisa menenangkan Kenan lewat tatapan matanya.