Hari ini adalah hari pertama para siswa masuk sekolah di tahun ajaran baru, tak jarang banyak siswa yang memilih untuk datang lebih awal untuk melihat mading, dimana susunan kelas dan daftar siswa nya tertera disana.
Kali ini Marsha datang tanpa membawa mobil nya, ia diantar oleh Viny dengan alasan Viny ingin memastikan jika Marsha benar-benar masuk sekolah hari ini. Seperti nya Viny jauh lebih menghawatirkan Marsha dibandingkan Veranda ibu kandung nya.
"Pulang aku jemput lagi"
"Aku ada urusan sebentar nanti.."
"Ga ada! Kakak telepon guru kamu nanti buat tanya jam pulang, udah ya.. kakak mau beli obat buat ibu"
"Iyaa.."
Marsha mendengus sebal, karena kemarin ia jarang pulang membuat Viny lebih protektif kepadanya.
"Siapa ?"
Marsha menoleh, tatapan nya berubah tajam saat melihat Freya yang kini tengah bersandar di tembok sambil terus memperhatikan nya.
"Apa dia kakak mu? Berarti kakak ku juga?" Ucap Freya lagi tapi terdengar sangat menjijikan di telinga Marsha.
"Kita ga ada ikatan apapun, kalau kamu mau ayah ku, silahkan.. "
"Aku yang minta om Kenan buat bawa kamu untuk tinggal sama-sama bareng kita" ucap Freya yang kali ini benar-benar membuat Marsha tak ingin mendengar apapun dari mulut gadis yang lebih kecil darinya itu.
"Aku bukan Christy yang bisa kalian bully kapan aja, jangan harap aku mau tinggal bareng para penindas seperti kalian"
Marsha lebih memilih untuk menghindar walaupun tak bisa karena Freya langsung menahan tangan nya.
"Aku tau sakit nya kehilangan seorang ayah, dan aku tau itu sakit yang lagi kamu rasain, aku pikir aku bisa ambil kebahagiaan kamu seutuh nya, tapi ikatan darah ga bisa di putus oleh apapun, aku janji akan jadi adik yang baik untuk kamu, kalau kamu mau tinggal bareng kita"
"Kalau tau sakit nya seperti apa kenapa tega kalian rebut kebahagiaan orang lain!"
Bagaikan tertampar Freya hanya bisa bungkam tanpa mengelak sedikit pun, bahkan cengkraman tangan nya melemah sehingga Marsha bisa dengan mudah menepis tangan nya dan melangkah pergi.
"Papa mau ketemu kamu nanti malam di taman kota, dia bakalan nunggu kamu disana!!" Freya berteriak dengan kencang lalu tersenyum kecil, ini adalah kali pertamanya menyebut Kenan dengan sebutan Papa.
****
"Marshaaaa!!! Aaahh kangeeen"
Teriakan khas itu kembali terdengar setelah sekian lama, siapa lagi jika bukan Muthe. Biasanya Marsha akan menghindar karena ia tak suka di peluk sembarang orang tapi kali ini ia hanya bisa pasrah saat Muthe memeluk nya.
"Tumben Sha ga langsung kabur" ucap Jessie
"Biarin aja kasian" jawab Marsha setelah pelukan Muthe terlepas.
"Dih gitu banget, eh.. ayok liat mading, aku belum tau nih masih satu kelas sama kalian atau engga"
Marsha dan Jessie mengangguk lalu mengikuti Muthe yang sudah lebih dulu berlari.
Di depan mading ternyata sudah ada Ashel dan Adel yang sudah melihat daftar siswa lebih dulu. Mata Marsha tertuju pada tangan Adel yang menggenggam erat tangan Ashel.
"Nah ini nih, putri tidur yang susah banget dihubungi selama liburan" ucap Adel, tentu semua tau ucapan nya itu tertuju untuk Marsha.
"Liburan lama banyak kemajuan ternyata" Marsha berucap sarkas, namun Adel sepertinya bingung dengan apa yang diucapkan Marsha barusan.
